SISTEM PENANGGALAN


1.       Penanggalan Hijriyah
Kalender hijriyah dihitung sejak hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah, yaitu pada tahun 622 M. Kalender hijriyah dimulai sejak saat terbenamnya matahari (± pukul 6 sore) sampai pukul 6 pagi berikutnya. Sedangkan hari dalam satu bulan terdiri dari 29 dan 30 hari yakni diambil dari rata-rata pergerakan sinodis bulan (pergerakan bulan baru sampai bulan baru berikutnya yaitu sekitar 29, 53059 hari). Dalam satu tahunnya, kalender ini terdiri dari 354 hari untuk tahun basithoh dan 355 hari untuk tahun kabisat.
Dalam satu tahun, kalender hijriyah terdiri dari 12 bulan yaitu bulan Muharam, Shafar, Rabiul Awal, Rabiul akhir, Jumadal Ula, Jumadas Tsani, Rajab, Sya’ban, Ramadlan, Syawal, dzulqa’dah serta Dzulhijjah.
Namun kalender ini lebih lambat 11 hari dari tahun masehi dalam satu tahun sehingga perlu diadakan koreksi yaitu 11/30 hari. Sehingga perlu menambahkan 11 hari dalam 30 tahun. Kesebelas tahun tersebut disebut tahun kabisat yang jatuh pada tahun ke-2, 5, 7, 10, 13, 15, 18, 21, 24, 26, dan ke 29.
2.       Penanggalan Saka
Kalender saka merupakan kalender lunisolar yang mana dalam satu harinya terdiri dari 30 muhurta dengan 48 menit dalam satu muhurta. Sedangkan dalam satu bulannya terdiri dari 30 siang dan 30 malam, sedangkan dalam satu tahunnya terdiri dari 12 bulan dengan nama-nama bulannya yaitu:
·         Srawanamasa yaitu antara bulan juli-agustus (kasa untuk bali/jawa)
·         Bradawadamasa yaitu antara bulan agustus-september (karo)
·         Asujimasa yaitu antara bulan september-oktober (katiga)
·         Kartikamasa yaitu antara bulan oktober-november (kapat)
·         Margasiramasa yaitu antara bulan november-desember (kalimo)
·         Posyamasa yaitu antara bulan desember-januari (kanem)
·         Maghamasa yaitu antara bulan januari-februari (kapitu)
·         Phaigunamasa yaitu antara bulan februari-maret (kawolu)
·         Cetramasa yaitu antara bulan maret-april (kasanga)
·         Wesakhamasa yaittu antara bulan april-mei (kasepuluh/ kadasa)
·         Jyesthamasa yaitu antara bulan mei-juni (desta)
·         Asadamasha yaitu antara bulan juni-juli (Jawa sadha / bali desta)
Penanggalan jawa dimulai pada masa prabu Aji saka. Penanggalan ini menggunakan matahari sebagai pedomannya, sehingga dalam 1 tahun terdiri dari 365 / 366 hari. Pada tahun 1555 saka, tahun ini dirubah dengan menggunakan perhitungan bulan (354 /355 hari) oleh Sultan hanyokro Kusumo (345 3/8 atau 354 hari 9 jam untuk 1 tahun saka.
3.       Kalender Jawa Islam
Islam masuk ke Indonesia merupakan detik-detik berlakunya kalender jawa islam di Indonesia. Pada dasarnya kalender jawa islam merupakan gabungan dari kalender hijriyah dan kalender jawa / saka. Penggabungan ini dilakukan oleh seorang ahli falak yaitu Sultan agung dari kerajaan mataram. Perubahan ini dimulai pada hari jum’at legi tanggal  1 suro tahun alip 1555 yang bertepatan pada tanggal 1 muharam 1043 Hijriyah, atau tanggal 8 juli 1633 M.
Perhitungan tahun pada kalender jawa islam dihitung dengan melanjutkan tahun 1555 dan terdapat hitungan pekan didalamnya yaitu harian dan pasaran.
Pada kalender hijriyah, hari dalam satu tahun terdiri dari 354 11/30 hari sedangkan pada jawa islam berjumlah 354 3/8 hari sehingga terdapat kelebihan 8 jam 48.5 menit dari 354 hari dalam setahun. Karena perhitungan 48,5 menit dianggap sulit kemudian sultan menggenapkan perhitungan 8 jam 48, 5 menit menjadi 9 jam. Namun hal ini justru menimbulkan permasalahan dikemudian hari sehingga menimbulkan siklus 8 tahun yang terdiri dari 3 tahun kabisat dan 5 tahun basithoh. Disisi lain, hal ini juga menimbulkan perbedaan jumlah hari dalam periode 120 tahun, dimana perhitungan jawa islam ini lebih cepat satu hari dalam kurun waktu 120 tahun. Hal ini didapat dari selisih hitungan waktu dari dua sistem tersebut.
Dengan perbedaan tersebut menimbulkan selisih 1/120 hari dalam setahun. Jika kelebihan ini dikalkulasikan selama 120 tahun maka akan mendapatkan kelebihan 1 hari sehingga dalam kalender jawa islam terdapat pengurangan 1 hari dalam kurun waktu 120 tahun. Kkoreksi ini dimulai sejak tahun 1626 kalender jawa dengan cara mengurangi hitungan hari dan pasaran pada awal tahun tersebut. Koreksi tersebut diantaranya:
a.       Tahun 1555 – 1626 J (71 tahun) adalah ajumgi (tahun alip adalah jum’at legi)
b.      Tahun 1626 – 1746 J (120 tahun) adalah Amiswon (tahun alip adalah kamis kliwon)
c.       Tahun 1746 – 1866 J (120 tahun) adalah Aboge (tahun alip adalah rabo wage)
d.      Tahun 1866 – 1986 J (120 tahun) adalah Asapon (tahun alip adalah selasa pon)
 Nama-nama bulan pada tahun jawa islam diantaranya:
a.       Muharam / Suro (30 hari)
b.      Shafar / Sapar (29 hari)
c.       Rabiul Awal / Mulud (30)
d.      Rabiul Akhir / Ba’da mulud (29)
e.      Jumadil awal (30)
f.        Jumadil Akhir (29)
g.       Rojab / Rejeb (30)
h.      Sya’ban / Ruwah (29)
i.         Ramadlan /Pasa (30)
j.        Syawal (29)
k.       Dzulqa’dah / Sela (30)
l.         Dzulhijjah / Besar (29)
Sedangkan untuk nama tahun, digunakan angka tahun arab yaitu:
 أ (tahub ke-3) / tahun alip
 ه(tahun ke-4) / tahun ehe
 ج(tahun ke-5) / tahun jim awal
 ز(tahun ke-6) / tahun Ze
 د(tahun ke-7) / tahun dal
 ب(tahun ke-8) / tahun Be
 و(tahun ke-1) / tahun wawu
 ج(tahun ke-2) / tahun jim akhir
Dalam penanggalan jawa islam juga dikenal nama pekan yang mana tinggal pancawara (pasaran) yang masih dikenal sampai sekarang. Diantaranya Kliwon (kasih), Legi (manis), Pahing (jenar), pon (palguna) dan wage (kresna/langking). Selain itu juga masih dikenal pekan dengan jumlah tujuh hari yaitu Minggu, senin, selasa, rabu, kamis, jum’at, sabtu.
4.       Penanggalan masehi
Penanggalan masehi merupakan sistem penanggalan yang berdasarkan pada peredaran matahari dengan lama satu tahun adalah 365 / 366 hari. Untuk 365 atau tahun basithoh, bulan februari berjumlah 28 hari sedangkan untuk 366 hari maka bulan februari terdiri dari 29 hari.
Dalam tahun masehi memiliki 4  tahun untuk satu siklusnya yaitu 1461 hari.
Nama-nama bulan pada penanggalan masehi yaitu: januari, februari, maret, april, mei, juni, juli, agustus, september, oktober, november dan desember.
5.       Penanggalan pranotomongso
Pranoto mongso yaitu aturan yang digunakan untukpedoman bercocok tanam bagi para petani berdasarkan pada gejala naluriah alam dan mencoba memahami asal-usul dan bagaimana uraian satu-persatu kejadian cuaca dalam setahun.
Berikut ini adalah nama-nama bulan pada kalender pranoto mongso:
1.       Kaso
“Sotyo murco saking embanan” (mutiara lepas dari pengikatnya) artinya Musim daun-daun gugur pohon-pohon jadi gundul. Bulan ini berumur 41 hari yaitu antara 22 juni – 1 agustus
2.       Karo                      
“Bantolo Rengko” (tanah retak) artinya Musim tanah jadi gersang dan retak-retak. Berumur 23 hari yaitu antara 2 agustus – 24 agustus
3.       Katigo                  
“Suto manut ing bopo” artinya Musim pucuk tanaman menjalar pada rambatan. Berumur 24 hari yaitu antara 25 agustus – 17 september
4.       Kapat yaitu antara 25 18 september - 12 oktober (25 hari)
“Waspo kumembeng jroning kalbu” artinya Musim sumber-sumber jadi kering.
5.       Kalimo yaitu antara 23 oktober - 8 november (27 hari)
“Pancuran emas sumawur ing jagadartinya Mulai musim hujan.
6.       Kanem yaitu antara 9 november - 21 desember (43 hari)
“Roso mulyo kasucian” artinya Musim pohon-pohon mulai berbuah.
7.       Kapitu yaitu antara 22 desember - 2 februari (43 hari)
“Wiso kenter ing maruto” artinya Musim bertiupnya angin yang mengandung bias (penyakit).
8.       Kawolu yaitu antara 3 februari - 28 februari (26 hari)
“Anjrah jroning kayun” artinya Musim kucing kawin, padi mulai berubah, banyak uret.
9.       Kasongo yaitu antara 1 maret - 25 maret (25 hari)
“Wedaring wono mulyo” artinya Musim jangkrik, gasir, gareng poung, (banyak orang bicara berlebih-lebihan).
10.   Kasepuluh yaitu antara 26 maret - 18 april (24 hari)     
“Gedong mineb jroning kalbu” artinya Musim binatang-binatang hamil.
11.   Dastho yaitu antara 19 april - 11 mei (23 hari)
“Sotyo sinoro wedi” Artinya Musim burung-burung menyuapi anaknya.
12.   Sodo yaitu antara 12 mei - 21 juni (41 hari)
 “Tirto sah saking sasono” (air pergi dari tempatnya) Artinya Musim dingin, orang jarang berkeringat karena teramat dingin.
 dingin.

Komentar

HEAVEN

MANAJEMEN KONTEMPORER

PENCEGAHAN DAN PEMBATALAN PERKAWINAN

GERAK PRESESI DAN GERAK NUTASI SUMBU BUMI