BULAN

Bulan merupkan benda langit yang berada di luar bumi tempat kita berpijak ini. Bulan memiliki diameter sebesar 3480 yang memiliki jarak 384421[1] dengan garis edar menelilingi bumi yang berbentuk eclips. Waktu rotasi dan revolusi bulan sama yakni 27 hari, 7 jam, 43 menit. Gravitasi di bulan hanya seperenam dibumi sehingga orang ynag berbobot 60 kg di bumi hanya memiliki bobot 10 kg di permukaan bulan.
Sebagaimana matahari, bulan juga akan tenggelam. Hal ini terjadi akibat gerakan bumi yang berotasi pada poros (sumbunya) selama sekitar 24 jam (sehari semalam) sekali putaran. Rotasi bulan yaitu peredaran bulan pada porosnya dari arah barat kea rah timur. Kala rotasi dank ala revolusi bulan sama sehingga mengakibatkan permukaan bulan yang menghadap bumi relative tetap.
Fase-fase bulan
Fase pertama yakni saat bulan sabit yaitu ketika bagian bulan yang mendapatkan sinar matahari hanyalah bagian sabit saja. Sedangkan bagian yang gelap semata-mata adalah karena tidak mendapatkan sinar matahari bukan karena terhalang bumi. Pada dasarnya bulan baru terbit disebelah timur hamper bersamaan dengan terbitnya matahari, berada di zenith juga saat sekitar tengah hari, dan tenggelam juga hampir bersamaan dengan tenggelamnya matahari di barat. Namun sejak saat terbit sampai terbenam ini, kita akan sulit bahkan tidak bisa melihat bulan ini karena intensitas cahayanya kalah jauh dengan sinar matahari sendiri. Baru ketika menjelang matahari tenggelam, intensitas sinar matahari melemah dan tempaklah hilal.
Bagian bulan yang terkena sinar matahari tidak hanya sebesar sabit namun bagian bulan yang terkena sinar matahari dan tampak dari bumi hanyalah sebatas bentuk sabit, inilah bedanya hilal dengan gerhana. Dan hilal akan segera menyusul tenggelam mengikuti tenggelamnya matahari beberapa menit kemudian.
Fase kedua, yang biasa disebut dengan kuartal pertama atau tarbi’ awwal. Bulan yang setiap harinya berjalan semakin naik hingga sekitar satu minggu sejak awal bulan atau bulan telah melakukan rotasi sejak seperempat putarannya. Dalam kondisi kedua ini, bulan tidak serta merta mengikuti matahari pada saat terbenam namun bulan akan mengikuti matahari tenggelam setelah sekitar 6 jam kemudian setelah tenggelam matahari atau kira-kira pada saat tengah malam. Pada fase kedua ini, bulan terbit dari timur sekitar tengah hari, berada tepat di titik zenith pada sekitar matahari tenggelam.
fase ketiga, hilal yang sebesar sabit, lama kelamaan semakin besar dan waktu terbit serta terbenamnya juga semakin melambat dari waktu terbit dan terbenam matahari yakni terbit sekitar pukul 15:00, berada di titik zenith pada pukul 21:00, dan tenggelam pada pukul 3:00 pagi.
Fase keempat, sekitar 2 minggu sejak munculnya hilal, bulan telah melakukan separuh perjalanannya mengelilingi bumi dan bagian yang terkena sinar matahari tepat menghadap kebumi, hal ini biasa disebut dengan bulan purnama. Pada saat bulan purnama ini, bulan terlambat sekitar 12 jam dari pada matahari. Hal ini berarti bulan akan terbit bersamaan dengan matahari terbenam. Berada tepat di tengah langit kita pada tengah malam dan tenggelam saat matahari terbit. Pada saat ini memungkinkan terjadi gerhana bulan yakni saat bulan, bumi dan matahari benar-benar berada segaris. Karena bayangan bumi tepat menutupi bulan.
Fase kelima, setelah bulan tampak penuh dri bumi, lambat laun bulan kembali tampak mengecil jika dlihat observer dari bumi. Pada fase ini, bulan akan terbit lebih cepat dari matahari yaitu sekitar 9 jam sebelum matahari, yaitu sekitar pukul 21:00, berada di zenith sekitar pukul 3:00 dan terbenam sekitar jam 9:00. Fase inilah yang disebut dengan kwartir II atau tarbi’ sani.  
Fase keenam, disebut juga dengan kuartal ketiga atau kuartal terahir. Terjadi 3 minggu setelah hilal. Yaitu bulan separuh yang mana bagian bulan yang terkena sinar matahari ada pada arah sebaliknya dari keadaan kuartal pertama. Pada saat ini, bulan terbit 6 jam lebih awal dari matahari yaitu sekitar tengah malam, dan berada di zenith pada sekitar matahari terbit dan tenggelam saat tengah hari.
Fase ke tujuh, memasuki minggu keempat, bulan akan kembali kelihatan sabit karena akan semakin mengecil. Pada saat ini, bulan terbit pukul 3:00, di tengah zenith pada pukul 9:00 dan terbenam pada pukul 15:00.
Fase ke delapan, pada fase ini, bagian bulan yang terkena sinar matahari adalah bagian yang membelakangi bumi sehingga bagian yang menghadap bumi, semuanya gelap. Pada fase ini, matahari dan bulan akan terbit dan tenggelam hampir bahkan secara bersamaan. Saat inilah saat yang dinamakan dengan konjungsi (muhak/bulan mati), dimana bulan bisa dilihat dari bumi jika terjadi gerhana matahari.
Knjungsi dan saat Terbentuknya Hilal
Konjungsi yaitu saat bulan tepat segaris dengan titik pusat bumi dan titik pusat matahari. Dalam surat kabar Amerika disebutkan bahwasannya saat inilah yang dinamakan bulan baru, yaitu saat bulan tidak tampak sama sekali dari bumi. Bulan akan dalam keadaan gelap ini sekitar 16 jam sebelum dan 16 jam sesudah konjungsi. Setelah konjungsi, bulan memerlukan waktu 16-23 jam untuk berpisah dengan matahari. Dan saat inilah hilal dapat terlihat karena sebagian kecil permukaan bulan yang terkena sinar matahari mulai tampak dari bumi. Jarak sudut minimal adalah 10-12 derajat dan ketinggian hilal diatas horizon harus minimal 10 derajat ketika matahari tenggelam agar dapat terlihat. Kholid Syaukat mengatakan bahwasannya tidak mungkin hilal dapat terlihat sebelum berumur 16 jam dan dalam kondisi iklim tertentu, kemungkinan tidak dapat dilihat sebelum berumur 23 jam.
Sifat-sifat bulan sabit secara umum yaitu bila bulan sabit berada di sebelah kanan atau bawah, berarti matahari mendahului bulan (bulan sabit muda). Jika bulan sabit berada di sebelah kiri atas, maka berarti bulan mendahului matahari (bulan sabit tua).
Fungsi Elongasi Bulan
Fungsi elongasi bulan yakni jarak sudut bulan dari matahari dilihat dari arah bumi. Waktu bulan “permpat pertama” berelongasi 90°. Bulan purnama berelongasi 180°. Bulan perempat kedua berelongasi 270° dan saat bulan mati berelongasi 0°. Fase-fase bulan yang ada merupakan akibat dari konfigurasi bumi, bulan dan matahari.
Selain gerak semu diatas juga terdapat gerak semu yang disebut dengan librasi yaitu goyangan semu bulan terhadap bumi. Dengan adanya gerakan ini menyebabkan lebih dari setengah permukaan bulan dapat terlihat dari bumi. Terjadi akibat kemiringan sumbu bulan terhadap sumbu bidang orbitnya sebesar 6,5°. Kemiringan bidang orbit bulan terhadap bidang orbit ekliptika sebesar 5,2°, akibatnya permukaan bulan yang menghadap ke bumi sedikit berubah akibat gerak angguk bulan tersebut. Tiga hal yang menjadi penyebab librai, diantaranya:
1.Librasi dalam garis melintang yaitu terjadi karena letak sumbu bulan condong terhadap bidang lintasannya (juga condong terhadap bidang lintasan bumi). Akibatnya ialah kutub utara dan selatan bergantian tampak dari bumi.
2. Librasi dalam garis membujur terjadi karena kecepatan beredarnya bulan (mengelilingi bumi) tidak tetap.
3. Librasi parallax terjadi karena adanya beda lihat bagi orang-orang yang melihat kepada bulan itu dari tempat-tempat yang berlainan letaknya.
Bulan sideris dan Sinodis

Gerak sinodis bulan (lunasi) yaitu gerak bulan dari bulan baru ke bulan baru berikutnya atau biasa disebut dengan periode revolusi bulan terhadap matahari yaitu dengan jangka waktu 29 ½ hari. Sedangkan gerak sideris yaitu gerak bulan dari awal edar ke sampai ketempat semula yakni dengan latar belakang bintang yang sama atau biasa juga disebut dengan gerak revolusi bulan terhadap bintang. Gerak ini selama 27 1/3 hari.
Dari peredaran sideris bulan, bulan memerlukan dua hari untuk mencapai posisi sinodis bulan. Gerak sinodis dan sideris inilah yang menyebabkan bulan tampak bergerak di bola langit arah ke timur kurang lebih 13° tiap harinya, sdangkan matahari sendiri juga bergerak kearah timur kira-kira 1° tiap hari sehingga bulan akan tampak bergerak kea rah timur dari matahari 12° perhari dan sudut ini setara dengan 50 menit. Itulah sebabnya bulan tampak terbit terlambat 50 menit tiap hari. Gerak perpindahan 13° per 24 jam berarti gerak sekitar 1/2° busur di langit dan jarak ini sama dengan diameter bulan itu sendiri berpindah arah ke timur tiap jam. Perpindahan ini dapat diamati dari posisi bulan terhadap bintang tetap dilangit tiap jam.
Orbit bulan selalu mengalami perubahan secara gradual karena gangguan dari gravitas matahari. Akibatnya titik simpangnya bergeser ke barat sepanjang ekliptika dan menempuh satu putaran penuh di bola langit dalam waktu sekitar 18,6 tahun. Hal ini menyebabkan kemiringan orbit bulan terhadap ekliptika bervariasi dari 4°57’ sampai 5°20’ atau rata-rata 5°9’. Pergeseran titik simpul ini dinamakan regresi simpul bulan.
Perubahan kemiringan orbit bulan ini menyebabkan sudut inklinasi orbit bulan terhadap ekuator langit bervariasi antara 23 ½ + 5° atau 28 ½° sampai 23 ½ - 5° atau sekitar 18 ½ °. Akibat kemiringan iini terdapat dua titik potong antara lintasan bulan mengelilingi bumi dengan bidang ekliptika. Titik-titik potong (simpul) ini dalam astronomi dikenal dengan Ascending node (Uqdah Jauzahar) dan Descending Node (Uqdah Naubahar).
Karena orbit bulan sebenarnya berupa ellips, maka sesuai dengan hukum kepler II, kecepatan orbit bulan juga bervariasi. Oleh karena itu pergeseran bulan ke timur di bola langit juga tidak seragam, sehingga keterlambatan terbitnya bulan tiap hari bervariasi antara 38 sampai 66 menit.  
Bulan Nodik dan Bulan Anomalistik
Bulan nodik atau bulan draconic yakni selang waktu antara dua saat melewati simpul yang sama yang lamanya 27,21220 hari sedangkan bulan anomalistic yaitu selang waktu dua sat melewati perigee yang lamanya 27,25455 hari. Kedua fase bulan ini berfungsi untuk meramalkan gerhana.
Perihal gerhana, perlu diketahui bahwasannya tidak setiap bulan baru maupun bulan purnama juga terjadi gerhana karena bidang orbit bulan miring sedikit (sekitar 5°) terhadap bidang ekliptika. Oleh karena itu, biasanya bulan baru berada sedikit di atas atau di bawah garis bumi dan matahari. Begitu pula bulan penuh biasanya lewat sedikit disebelah utara atau selatan baying-bayang bumi. Perpotongan bidang orbit bulan dengan bidang ekliptika ini dinamakan titik simpul.  
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, Susiknan, Ilmu Falak (Teori dan praktek), 2001, Lazuardi.
Hambali, Slamet, Pengantar Ilmu Falak (Menyimak Proses Pembentukan Alam Semesta), 2012, Bismillah Publisher dan Digital Publishing
Khazin, Muhyiddin, Ilmu Falak (dalam Teori dan Praktik), 2004, Yogyakarta: Buana Pustaka
M.S.L. Toruan, Pokok-pokok Ilmu falak (Kosmografi), Semarang: Banteng Timur
Murtadlo, Muh, Ilmu falak Praktis, 2008, Malang: UIn Malang Press
Musonnif, Ahmad, Ilmu Falak (Metode Hisab Awal Waktu Shalat, Arah Kiblat, Hisab Urfi dan Hisab Hakiki Awal Bulan), 2011, Jogyakarta: Teras
Saksono, Tono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, 2007, Amythas Publicita
Suwitra, Nyoman, Astronomi Dasar, Jurnal Fisika Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri singaraja


[1]Muhyiddin khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan praktik 

Komentar

HEAVEN

MANAJEMEN KONTEMPORER

PENCEGAHAN DAN PEMBATALAN PERKAWINAN

GERAK PRESESI DAN GERAK NUTASI SUMBU BUMI