Postingan

Menampilkan postingan dengan label Cerita Fiksi

Januari 2025

Gambar
Hari itu kegabutanku membuatku berani melakukan beberapa hal yang selalu kutakuti. Jalan-jalan bersama ketiga pangeran kecilku tanpa didampingi sang misua tercinta.  👉"dek, ikut ibuk yuks". Sambil memutar roda motor siap berangkat menghadap kearah kiblat. Mendengar motor berbunyi, ketiga bocilnya langsung lari menghampiri dan naik ke atas motor matik hijau yang sudah mulai usang.  👉motor berjalan tanpa tujuan, "Kita kemana ya cil? Masjid tegalsari mau? Atau taman bunga malo? Kayak.e kurang jauh cil, kita keliling Ponorogo saja gimana? 👉si tengah, "aku ngaji buk, emoh suwi". 👉si bungsu, "ayon-ayon buk" 👉si sulung, "alon-alon buk" Okey, kita ke masjid agung saja. Shalat maghrib disana. Selepas maghrib, kita otewe pulang, tersadar ternyata hanya aku yang tidak ber helm di antara ribuan pengemudi motor.  Alloh kariim...  Terima kasih untuk hari ini, pikirku. 

keluarga kedua

Gambar
Saat itu, usianya masih 21 tahun. Keinginannya belajar masih cukup kuat namun ketakutan ayahnya membuat dirinya harus menikah diusia dini. Ayahnya takut jika menolak lamaran dari seorang pemuda yang menurut beliau cukup memenuhi prasyarat diterimanya seseorang sebagai seorang suami, putrinya akan sulit untuk mendapatkan lelaki yang setara dengan laki-laki pertama itu lagi. Akhirnya dengan berat hati, fadhil tidak mengikuti saran bu nyainya untuk hafalan al-Qur’an. Meski demikian, bu nyai tetap berharap, Fadhil masih tetap mau menghafalkan al-qur’an meskipun tidak lagi hidup di pondok pesantren. Pernikahan itu semata-mata karena permintaan orang tuanya. Dia memang anak penurut. Setelah menuruti harapan orang tuanya untuk tidak kuliah, dan kini dia harus mengikuti keinginan orang tuanya untuk menikah dalam usianya yang masih belia. Belum terfikirkan olehnya seperti apakah menikah itu, apa kewajiban dia setelah menikah. Apa perubahan yang bakal harus dia lakukan. Untungnya pria yang...

CERITA : AL-QUR’AN RISALAH CINTA

Gambar
Selayak senja yang berharap datangnya sang mentari tuk membawanya pergi dari penjara suci. Tazkiya yang tak pernah kenal dengan dunia pesantren bahkan lebih suka dengan kesenangan duniawi ini ahirnya dipaksa ayahandanya untuk menghabiskan masa remaja di pesantren. Awalnya dia sangat kesulitan untuk beradaptasi di pesantren tersebut namun berkat kesabaran ketua pondok yang dijabat oleh neng Fadhila saat itu, ahirnya Tazkiya mampu melalui hari-harinya dipesantren dalam satu semester penuh. Saat ahir semester tiba, seusai haflah akhirussanah,  Tazkiya sesegera mungkin sowan ke dalem kyai Mahfudz bersama teman-temannya. Setelah sowan dia keluar meninggalkan pesantren dan menanti sopirnya di depan gerbang karena ayahnya tidak bisa menjemput hari itu. Berteman Rintik hujan sore itu , Tazkiya menanti mobil jemputan . Tiba-tiba seorang pemuda duduk berteduh disampingnya. Selama satu jam berlalu namun tak sepatah katapun keluar dari mulut mereka berdua, Tazkiya yang dahulu sangat agresif d...