Mall oke, silaturrahmi no. Itulah satu wacana yang membludak dan mendunia sebelum datangnya hari raya idul fitri. Masyarakat pada akhirnya ramai berjubel ditoko pakaian, mall dan butik untuk membeli baju lebaran. Namun, diberlakukan larangan membuka pintu atau lebih parahnya lagi dilarang pergi kemasjid untuk melaksanakan salat idul fitri.
Stay at home memang perlu dilakukan untuk mencegah meluasnya wabah covid 19 ini. Namun perlu juga diperhatikan, dimana kita tinggal dan dengan siapa kita bertemu.
Didesa yang hanya dihuni oleh beberapa orang, dan kesemuanya hanyalah penduduk asli yang menghabiskan hari-harinya hanya dirumah saja, sepertinya tidaklah perlu untuk memberlakukan stay at home. Toh, setiap harinya, mereka juga berkumpul dijalan-jalan, di teras-teras untuk sekedar duduk-duduk santai atau berbelanja. Nah, mau tidak mau, sebenarnya setiao harinya juga sudag saling bertemu dan bertatap muka saling sapa.
Stay at home tanpa bersilaturrahmi pasti juga hanya akan berlaku sehari saja. Tidak mungkin masarakat desa siap untuk terus-terusan berdiam diri didalam rumah.
Nah jika alasannya untuk memutus rantai covid 19, bisa dilakukan tindak kewaspadaan
yang lainnya. Misalnya.
- Harus selalu cuci tangan
- Pemudik dilarang keluar rumah
Cukup menumbuhkan kesadaran dan memberi pengetahuan kepada masarakat bahwa virus ini cukup berbahaya dan mentraining mereka agar menumbuhkan kehati-hatian dalam semua tindakannya masing-masing.
Intinya,
kabeh panggonan kui nduwe aturan dewe- dewe, kang cocok karo kahanane. Ojok mbok padakne aturan neng kutho gedhe karo aturan neng njeron-njeronan.
Komentar
Posting Komentar