Postingan

ULAMA’ BESAR INDONESIA (BIOGRAFI DAN KARYANYA) Karya : Muhammad Ulul Fahmi

1.       Syekh Nawawi al-Bantani (Sayyid Ulama’ al-Hijaz) Beliau lahir di Serang, Banten pada tahun 1813 M / 1230 H. Beliau putra dari kyai Umar yang mempunyai hubungan silsilah ke-12 dari Maulana Syarief Hidayatullah. Perjalanan keilmuannya dimulai dari mimpinya yang masih merasa dahaga setelah minum seluruh air laut hingga muncul keinginan kuat dari dalam dirinya untuk belajar didaerah Jawa Timur. Akhirnya beliau mendapatkan izin dari ibunya untuk belajar dengan syarat “tidak boleh pulang sebelum pohon kelapa yang ditanam ibundanya berbuah”. 3 tahun belajar kemudian perjalanan keilmuannya berpindah ke daerah Jawa Barat namun baru saja diterima, kiyai beliau justru menyuruhnya pulang dengan alasan buah yang ditanam ibunya telah berbuah. Sesampai dirumah, beliau dipercaya menjadi pengasuh pondok rintisan ayahnya. Setelah beberapa lama, pondok tersebut sudah ramai sehingga tidak muat lagi menampung santri hingga ahirnya beliau pindah kedaerah pesisir. Pada usia 15 tahun beliau haji sek

REVIEW BUKU MENUJU MASYARAKAAT KOMUNIKATIF; ILMU MASYARAKAT, POLITIK, DAN POSTMODERNISME MENUJU JÜRGEN HARBERMAS, KARYA F. BUDI HARDIMAN

PENDAHULUAN Dalam bukunya  The Philosophical Discourse of Modernity , Jǖrgen Habermas (kelahiran Jerman, 18 Juni 1929) menyatakan “paradigma kesadaran filsafat” atau yang biasa disebut ‘rasio yang berpusat pada subjek’ merupakan segala pemikiran yang menempatkan masyarakat dan alam sebagai objek. Hal tersebut disebut menyembunyikan kekuasaan. Paradigma ini menganggap bahwa berpikir adalah segala kecenderungan objektivisme dan positivisme yang diterapkan bukan hanya dalam filsasat modern, melainkan juga dalam ilmu-ilmu sosial kemanusiaan yang diturunkannya. Pernyataan ini dikemukakan oleh Habermas dalam hubungannya dengan para pemikir postmodern. Pernyataan tersebut merupakan salah satu pendirian Habermas yang paling tegas dan jelas. Rasio kritis ada sejak zaman Yunani kuno merupakan proyek menyingkirkan mitos-mitos dalam terang logos (Pencerahan). Mitos mereka sebutkan sebagai isapan jempol yang tidak hanya tak masuk akal, tapi juga dalam sejarah menindas masyarakat tradisional. Manaka