KONSEP AL-QURAN TERHADAP TATA SURYA



(memahami yang tersurat dan tersirat di dalam al-Quran surah Yasin:38, Yunus:5, at-Thur:10, an-Naml:88 dan al-Ghasiyah:20)
PENDAHULUAN
Al-quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw bukan hanya sebagai bukti akan kerasulan beliau saja, akan tetapi di dalamnya terdapat satu rahasia yang tidak mungkin dapat diungkapkan melainkan tanpa pemikiran yang sungguh-sungguh.
Di dalam Al-Quran, ada lebih dari 750 ayat yang menunjuk kepada fenomena alam, dan manusia diminta untuk dapat memikirkannya agar dapat mengenal Tuhan lewat tanda-tandaNya.
Al-Quran menyuruh manusia mempelajari sistem dan skema penciptaan, keajaiban-keajaiban alam, sebab-sebab dan akibat-akibat seluruh benda yang ada, kondisi-kondisi organisme hidup; pendeknya seluruh tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di alam eksternal. Merenungkan seluruh aspek-aspek penciptaan dan menyuruh manusia menggunakan nalar untuk menemukan rahasia-rahasia alam.
Dalam makalah ini, kami akan memaparkan sebagian dari ayat Al-Quran yang berkaitan dengan hal tersebut. Bagaimana Al-Quran menceritakan baik itu secara eksplisit maupun implisit tentang penciptaan alam semesta ini.
PEMBAHASAN
  1. AKAL SEBAGAI SUMBER ILMU PENGETAHUAN
Dalam banyak ayat, al-Quran telah menganjurkan dan mendorong umat manusia agar mempergunakan akal dan fikirannya untuk menemukan rahasia-rahasia Allah yang ada di alam yang fana ini. Dengan menggunakan akal dan fikiran tersebut diharapkan ilmu pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui dan masih tersembunyi akan dapat terkuak, yang pada akhirnya dapat dikembangkan guna kepentingan masyarakat luas.
Perintah al-Quran untuk mengembangkan ilmu pengetahuan (sains) ini tidak hanya terbatas pada term aql saja, tetapi menggunakan beberapa term yang beraneka ragam, di antaranya (i) tadzabbara, merenungkan sesuatu yang tersurat dan yang tersirat; (ii) tafakkara, berefleksi, berfikir tentang dan menemukan hukum-hukum alam; (iii) faqiha, mengerti secara mendalam; (iv) tadzakkara, mengingat, memperoleh peringatan, mendapat pelajaran, memperhatikan dan mempelajari; (v) fahima, memahami dalam bentuk pemahaman yang mendalam; (vi) nadzara,  melihat secara abstrak, dalam arti merenung.
Perintah untuk intidhar terhadap alam semesta, baik terhadap mahkluk yang hidup maupun tak bernyawa, seperti dalam QS. al-Ghasiyah/88: 17-20, jaminan bahwa hukum-hukum alam yang  mengendalikan alam semesta ini tidak berubah mengandung suatu janji bahwa apabila kita mengikuti perintah Allah untuk berintidhar, kita akan menemukan sebagian dari hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya itu, dan kita akan menguasai sains dan akan mampu mnegembangkan teknologi bagi kebahagiaan umat manusia manusia.
n<Î)ur ÇÚöF{$# y#øx. ôMysÏÜß
Artinya: “dan bumi bagaimana ia dihamparkan?”.(al-Ghasyiyah: 20)
Allah sengaja memaparkan semua ciptaan-Nya secara khusus, sebab bagi orang berakal tentunya akan memikirkan apa-apa yang ada disekitarnya. Seseorang akan memperhatikan unta yang dimilikinya. Pada saat ia mengangkat pandangannya ke atas, ia melihat gunung. Jika ia memalingkan pandangannya ke kiri dan ke kanan tampak disekelilingnya gunung-gunung. Dan jika ia meluruskan pandangannya atau menundukkannya ia akan melihat bumi yang terhampar. Bagi orang Arab dalam kesehariannya, mereka tentu akan melihat kesemuanya itu. Oleh sebab itu Allah memerintahkan mereka agar memikirkan seluruh kejadian benda-benda tersebut .[1]
Berdasarkan kenyataan ini, Nampak bahwa al-Quran dengan perintah yang diulang-ulang banyak berisi tentang perintah yang menyuruh manusia untuk memperhatikan alam semesta (kosmos), yang penuh dengan tanda-tanda yang harus diperhatikan, diteliti, dan dipikirkan, agar dapat diketahui rahasia-rahasia yang terkandung di balik tanda-tanda itu. Sehingga menjadi jelas  pula, bahwa al-Quran sebenarnya banyak memberikan informasi tentang masalah sains modern. Hal ini akan semakin jelas dan nyata apabila dibuktikan lewat intidhar atau observasi terhadap gejala-gejala alam itu sendiri, yang dinyatakan sebagai ayat (tanda-tanda) kekuasaan Allah swt.  
Intidhar atau observasi terhadap alam ini menjadi penting karena beberapa alasan, pertama, ciptaan Allah yang disebut sebagai alam semesta ini berisikan tentang tanda-tanda dan bukti serta pameran dari kekuasaan-Nya; kedua, karena menafsirkan ayat-ayat al-Quran tidaklah mudah[2].
Jangankan menafsirkan ayat-ayat Allah yang menyangkut penciptaan benda-benda yang terlalu jauh atau terlalu besar bagi kita, yang termasuk di dalamnya adalah penciptaan langit dan bumi, untuk memahami ayat-ayat Allah yang lebih dekat dan lebih kecil, termasuk di dalamnya benda-benda di sekeliling kita dan tentang penciptaan manusia sendiri, tidaklah mudah bila kita mengabaikan sains modern dan tidak dibantu dengan penemuan-penemuan sains. Kita ambil contoh misalnya pada QS. an-Naml/27: 88, sebagai berikut:
ts?ur tA$t7Ågø:$# $pkâ:|¡øtrB ZoyÏB%y` }Édur ßJs? §tB É>$ys¡¡9$# 4 yì÷Yß¹ «!$# üÏ%©!$# z`s)ø?r& ¨@ä. >äóÓx« 4 ¼çm¯RÎ) 7ŽÎ7yz $yJÎ/ šcqè=yèøÿs? ÇÑÑÈ  
Artinya: “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap pada tempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh.”  (QS. an-Naml/27: 88).
Bagaimana kita memahami ayat ini, bahwa gunung-gunung itu berjalan sebagaimana jalannya awan? Padahal, nampak oleh kita gunung-gunung itu selamanya tetap kokoh berada dalam tempatnya masing-masing?
Meskipun dalam Tafsir Al-Maraghi ayat ini ditafsirkan sebagai ayat yang menjelaskan mengenai tanda-tanda serta kedahsyatan akan hari kiamat. Pada hari itu gunung-gunung berjalan padahal ia merupakan bukti kekokohan dan kestabilan.[3]
Namun dengan bantuan sains modern, ternyata firman Allah swt di atas, sekarang ini dapat dibuktikan. Bahwasanya Percobaan pemotretan yang dilakukan secara periodik dan terus menerus terhadap pegunungan-pegunungan yang ada di Nujed (Arab Saudi) oleh Telestar (satelit Amerika Serikat), menunjukkan bahwa gunung-gunung itu bergerak ke arah utara, ke Iran sepanjang tiga inchi tiap tahun[4], tepat seperti yang telah diilustrasikan oleh al-Quran.
Dengan berkembang dan sempurnanya sains modern seperti sekarang ini, kita akan mempunyai informasi yang lebih akurat dan lebih banyak ayat-ayat al-Quran yang sebelumnya sulit untuk dimengerti dan dipahami, yang secara khusus menyangkut fenomena kealaman.
Sebagaimana diketahui oleh para ahli astronomi bahwa awan tidaklah bergerak sendiri akan tetapi perpindahannya dibawa oleh angin. Demikian pula gunung-gunung yang dilihat oleh seseorang. Dia mengira bahwa gunung itu tetap di tempatnya padahal dia bergerak dengan cepat juga, sementara manusia tidak melihatnya.
Hal itu bukanlah dikarenakan gunung-gunung atau orang-orang yang melihatnya yang memindahkannya akan tetapi bumi yang berpindah dengan cepat di antariksa alam semesta sebagaimana kecepatan angin terhadap awan. Dan kedua-duanya adalah ciptaan Allah swt yang telah meneguhkan segala sesuatu. Dia lah Yang Maha Suci yang mengirimkan angin yang menggerakkan awan dan Dialah swt yang menggerakkan bumi yang membawa gunung-gunung yang berjalan seperti perjalanan awan.[5]
  1. ALAM SEMESTA BESERTA ISINYA
  1. Langit (Alam Semesta)
Langit atau yang dalam bahasa Arab biasa disebut sebagai al-sama’ (jamak: al-samawat) dalam al-Quran terulang sebanyak 310 kali yang tersebar dalam beberapa surat. Dengan perincian, dalam bentuk mufrad (al-sama’) sebanyak 120 kali, dan dalam bentuk jamak (al-samawat) sebanyak 190 kali. Langit biasanya dimaknai sebagai sesuatu yang tampak terbentang di atas bumi.
Louis Ma’luf dalam al-Munjid mendefinisikan al-sama’/langit sebagai sesuatu yang kita lihat berada di atas kita, seperti atap yang berwarna  biru, yang melingkupi bumi atau sesuatu yang melingkupi bumi dari angkasa yang luas.[6]
  1. Proses penciptaan Langit
Dalam memahami firman Allah QS. al-Anbiya’/21: 30, yang kini dipahami oleh para ilmuwan sebagai ayat yang berbicara tentang proses penciptaan langit dan bumi, harus menggunakan kecerdasan intelektualnya, sebab tanpa menggunakannya, seseorang akan merasa kesulitan dalam memahami teks tersebut. Proses terjadinya langit dan bumi tersebut, secara jelas diilustrasikan dalam al-Quran:
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya(QS. al-Anbiya’:30)
Teks ayat di atas secara eksplisit menjelaskan bahwa langit dan bumi sebelum menjadi seperti sekarang ini, dahulunya merupakan sesuatu yang padu (ratq), baru kemudian dipisahkan (fatq) oleh Allah melalui proses yang lama. Al-quran tidak menjelaskan secara rinci bagaimana proses terjadinya pemisahan itu.
Ilmu Pengetahuan Modern, yang disebut sebagai “Big Bang Theory” memberikan teori yang sejalan dengan ayat al-Quran di atas, yang menganggap bahwa alam semesta ini terjadi karena akibat ledakan dari segumpal zat raksasa.
  1. Masa Penciptaan Langit (Alam Semesta)
Secara eksplisit Allah telah mengemukakan mengenai penciptaan alam secara umum, yaitu penciptaan langit, bumi, dan seluruh isi yang ada di antara keduanya, semua diciptakan Allah dalam waktu enam masa (periode). [7]
  1. Benda-Benda Langit
Langit yang luasnya tak terjangkau oleh perhitungan manusia itu, ternyata bukanlah ruang kosong, tetapi berisi bermacam-macam benda, baik benda yang tergolong besar seperti bintang-bintang, planet-planet, satelit dan sebagainya, juga benda-benda yang tergolong kecil, seperti atom-atom, molekul-molekul dan sebagainya. Benda-benda itu pun tidak hanya diam dan tenang, tetapi semuanya beredar pada orbitnya masing-masing secara seimbang dan serasi sesuai dengan qadar Allah sampai waktu yang ditentukan.
ߧôJ¤±9$#ur ̍øgrB 9hs)tGó¡ßJÏ9 $yg©9 4 y7Ï9ºsŒ ㍃Ïø)s? ̓Íyèø9$# ÉOŠÎ=yèø9$# ÇÌÑÈ  
Artinya: dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.(QS. Yasin: 38)
Para Astronom telah mengadakan observasi mengenai peredaran benda-benda angkasa, yang pada intinya mereka sepakat bahwa benda-benda langit itu beredar pada orbitnya masing-masing, di samping ada yang berputar pada porosnya sendiri.
a.             Galaksi
Galaksi atau yang dalam terminologi al-Qur’an disebut al buruj merupakan suatu sistem dari himpunan besar yang terdiri dari bintang-bintang yang jumlahny ajutaan bahkan milyaran. Galaksi yang menghimpun tata surya kita ini biasanya disebut dengan galaksi bim,a sakti atau milki way.
Menurut pengamatan yang dilakukan oleh Dr. Edwin P. Hubble, seorang sarjana di observatorium mount wilson, Calivornia amerika Serikat pada tahun 1925 dapat dibuktikan bahwa galaksi-galaksi yang tampak dari bumi itu selain berotasi juga saling bberjauhan dan menjauhi bumi, sehingga dapat dikatakan bahwa ruang alam kita ini bersama-sama dengan galaksi-galaksi itu ber ekspansi. Jadi alam ini mengembang dengan ekspansinya galaksi-galaksi itu. Teori kemudian dikenal dengan The Expanding Univers. Menurut teori ini bahwa alam semesta bersifat seperti balon atau gelembung karet yang sedang ditiup kesegala arah.
Ternyata sebelum Hubble menemukan teorinya bahwa alam ini mengembang, dalam al-qur’an telah dijelaskan bahwa Allah SWT meluaskan langit dengan berekspansinya galaksi-galaksi itu. Pernyataan bahwa alam semesta berekspansi dapat ditemukan dalam QS. Al-Dzariyat:   48 yang artinya: “ dan langit itu kami bangun dengan kekuassaan (kekuatan) kami dan sesungguhnya kamilah yang meluaskannya”.
Ayat ini secara jelas mennunjukkan adanya korelasi antara konsepsi al-Qur’an dengan teori Edwin Hubble teersebut diatas.
b.             Bintang
Bintang adalah benda yang tampak dilangit pada waktu malam seperti sumbu titik kecil yang berchaya sendiri.
Ïä!$uK¡¡9$#ur É-Í$©Ü9$#ur ÇÊÈ   !$tBur y71u÷Šr& $tB ä-Í$©Ü9$# ÇËÈ   ãNôf¨Y9$# Ü=Ï%$¨W9$# ÇÌÈ  
Artinya: “demi langit dan yang datang pada malam hari, tahukah kamu Apakah yang datang pada malam hari itu?, (yaitu) bintang yang cahayanya menembus”.
Teks ayat ini secara tegas menunjukkan bahwa bintang itu mempunyai cahaya sendiri yang mapu menembus ruang angkasa, dan cahayanya memancar sampai dipermukaan bumi yang dapat dilihat oleh penglihatan mata pada waktu malam hari. Bintang-bintang itupun berotasi akibat gaya tarik centrifugal (gaya tarik keluar) yang dimilikinya, sehingga mereka terjaga dari jatuh kepusat galaksi.
Diantara manfaat bintang bagi kehidupan manusia di bumi yaitu dapat dijadikan sebagai petunjuk kompas arah dimalam hari. Sebagaimna yang disebutkan dalam QS. Al-an’am ayat 97 dan QS. Al-Nahl ayat 16.
c.              Matahari
Matahari merupakan pusat tata surya, di mana semua benda angkasa berputar mengelilinginya. Perputaran itu terjadi karena adanya daya tarik antara benda-benda angkasa tersebut satu sama lain. Adanya daya tarik antara dua benda tersebut tidak mengakibatkan terjadinya benturan satu sama lain, bahkan sebaliknya mengakibatkan terjadinya keseimbangan di antara benda-benda tersebut.
Tak satupun planet yang berhenti mengikuti lintasan ini karena planet-planet mengalami gaya gravitasi matahari. Bumi beredar mengelilingi matahari dengan sangat cepat. Karena tingginya kecepatan bumi, maka gaya tarik gravitasi matahari menjadi sangat penting. Jika matahari mengurangi kekuatan gravitasinya, maka kita akan melayang-layang di angkasa bersama bumi kita. Hal ini akan mengahiri keberadaan kita di bumi ini.[8]
Dalam surat Yasin ayat 38 disebutkan bahwa matahari itu berjalan di tempat peredarannya. Yakni matahari itu tidak statis, bergerak pada garis edarnya.
ߧôJ¤±9$#ur ̍øgrB 9hs)tGó¡ßJÏ9 $yg©9 4 y7Ï9ºsŒ ㍃Ïø)s? ̓Íyèø9$# ÉOŠÎ=yèø9$#
Artinya: “Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui”. (Yasin: 38)
Al-quran menjelaskan ketepatan sistem alam semesta yang mengatur benda-benda langit yang besar ini, dan menyusun fenomena-fenomena yang lahir dari sistemnya yang satu dan detail.
Setiap bintang atau planet mempunyai poros atau orbit, yang tak ia langgar dalam pergerakan dan perputarannya. Jarak antara bintang dan planet-planet itu amat jauh. Dia meletakkan rancangan alam semesta seperti ini untuk menjaganya, sesuai ilmu-Nya, dari perbenturan dan saling bergesekan sampai datang ajal waktu yang telah ditentukan. Sehingga, matahari tidak mungkin mendahului bulan. Dan malam tak mungkin mendahului siang, serta tidak mengganggu jalannya. [9]
uqèd Ï%©!$# Ÿ@yèy_ š[ôJ¤±9$# [ä!$uÅÊ tyJs)ø9$#ur #YqçR ¼çnu£s%ur tAÎ$oYtB (#qßJn=÷ètFÏ9 yŠytã tûüÏZÅb¡9$# z>$|¡Åsø9$#ur 4 $tB t,n=y{ ª!$# šÏ9ºsŒ žwÎ) Èd,ysø9$$Î/ 4 ã@Å_ÁxÿムÏM»tƒFy$# 5Qöqs)Ï9 tbqßJn=ôètƒ ÇÎÈ  
Artinya: Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak[669]. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (QS. Yunus:5)
Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan percuma, melainkan dengan penuh hikmah. Melalui ayat ini Allah menegaskan bahwa: Dialah bukan selain-Nya yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah yakni tempat-tempat baginya, yaitu bagi perjalanan bulan dan juga perjalanan matahari. Supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu.
Sinar matahari ini sangat berarti bagi kehidupan makhluk di bumi. Matahari merupakan sumber energi bagi bumi beserta isinya. Yakni bagi kelangsungan hidup manusia, hewan dan tumbuhan. [10]


d.             Bumi
Selain matahari yang mempunyai gaya gravitasi, bumi juga mempunyai gaya gravitasi yang memberi kita berat badan. Akibat gaya gravitasi ini, kita mempunyai kemampuan berjalan dan berlari dengan mudah tanpa melayang ke angkasa.
Bumi juga melakukan rotasi. Hal ini dijelaskan dalam surat Ibrahim ayat 33 yang berbunyi:
t¤yur ãNä3s9 }§ôJ¤±9$# tyJs)ø9$#ur Èû÷üt7ͬ!#yŠ ( t¤yur ãNä3s9 Ÿ@ø©9$# u$pk¨]9$#ur
Artinya: “dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.
Bumi berevolusi dari arah timur artinya jika kita berada di dalam pesawat antariksa, maka kita akan melihat bumi berputar mengitari matahari dengan arah yang berlawanan dengan arah jarum jam. Selain itu, bumi juga melakukan rotasi yakni peredaran bumi pada porosnya.[11] peredaran Rotasi bumi ini mengakibatkan beberapa hal diantaranya adanya peredaran semu harian benda langit, pergantian siang dan malam, perbedaan waktu, perbedaan percepatan gravitasi di permukaan bumi, pembelokan arah angin dan pembelokan arus laut.
Bumi adalah satu-satunya planet yang dapat di tempati makhluk hidup.
Kesimpulan
Dengan memahami asal-usul tentang alam ini, akan membawa kepada pemahaman terhadap sesuatu yang berada di balik alam materi itu. Yakni, yang menciptakan alam semesta ini, Allah swt.
Dan dengan memperhatikan keteraturan dan koordinasi dal sistem penciptaan alam. Tak dapat dipungkiri bahwa dalam al-Quran banyak ditemukan ayat-ayat yang menjelaskan tentang adanya aturan, koordinasi, dan tujuan alam semesta sebagai bukti-bukti yang mengukuhkan eksistensi pencipta Yang Maha Kuasa lagi Bijaksana.
Penutup
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, apabila terdapat kesalahan  penulisan maupun subtansi dalam penulisannya. Kami mohon saran serta kritik yang konstruktif guna pembuatan makalah yang selanjutnya.
Daftar Pustaka
Al-Maraghy, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghy juz xxx, (Mesir: Musthafa Al-Babi Al-Halabi, 1390 H/1970 M).
-------------, Tafsir AL-Maraghi juz xx.
Azhari, Susiknan, Ensiklopedi Hisab Rukyat, 2008, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Djayadi, MT, Alam Semesta Bertawaf, 2008, Yogyakarta: Lingkaran,.
Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilail Quran jilid 9, 2004, Jakarta: Gema Insani Press.
Ichwan, Mohammad Nor, Tafsir ‘Ilmiy, 2004, Jogjakarta: Menara Kudus.
Ma’luf , Louis, Al-Munjid, (Beirut: Dar al-Masyriq,1997).
Saifuddin, Ahmad Muflih, Al-Quran sebagai Motivator Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Serial Khutbah Jumat (SKJ), No. 147 Th. XVIII, September, 1993. 



[1]Ahmad Musthafa Al-Maraghy, Tafsir Al-Maraghy juz xxx, (Mesir: Musthafa Al-Babi Al-Halabi, 1390 H/1970 M), hlm 231-232.
[2]Mohammad Nor Ichwan, Tafsir ‘Ilmiy, Jogjakarta: Menara Kudus, 2004, hlm 238-239.
[3] Tafsir AL-Maraghi juz xx, hlm 32.
[4]Lihat Dr. Ahmad Muflih Saifuddin, Al-Quran sebagai Motivator Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Serial Khutbah Jumat (SKJ), No. 147 Th. XVIII, September, 1993, h. 56. 
[5]http://www.eramuslim.com/
[6]Louis Ma’luf, Al-Munjid, (Beirut: Dar al-Masyriq,1997), h.352.
[7] QS. Al-A’raf: 54
[8] Djayadi, MT, Alam semesta Bertawaf, 2008, lingkaran: Yogyakarta, hal.243
[9]Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilail Quran jilid 9, 2004, Jakarta: Gema Insani Press, hlm 394.
[10] Djayadi, MT, loc it. Hal. 250
[11] Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, 2008, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, hal. 181

Komentar

HEAVEN

MANAJEMEN KONTEMPORER

PENCEGAHAN DAN PEMBATALAN PERKAWINAN

GERAK PRESESI DAN GERAK NUTASI SUMBU BUMI