BANGSA ARAB PRA-ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengkaji tentang Islam akan lebih sempurna bila kita mengkaji Arab pra-Islam terlebih dahulu, karena Islam lahir di tengah-tengah masyarakat Arab yang sudah mempunyai adat istiadat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Apalagi ia muncul di kota terpenting bagi mereka yang menjadi jalur penting bagi lalu lintas perdagangan mereka kala itu, dan dibawa oleh nabi Muhammad (570-632 M) yang merupakan salah satu keturunan suku terhormat dan memiliki kedudukan terpandang di antara mereka secara turun-temurun dalam beberapa generasi, Quraisy[1].
Sebagian penulis sejarah Islam biasanya membahas Arab Pra-Islam sebelum menulis sejarah Islam pada masa Muhammad (570-632 M) dan sesudahnya. Mereka menggambarkan runtutan sejarah yang saling terkait satu sama lain yang dapat memberikan informasi lebih komprehensif tentang Arab dan Islam tentang geografi, sosial, budaya, agama, ekonomi, dan politik Arab pra-Islam dan relasi serta pengaruhnya terhadap watak orang Arab dan doktrin Islam. Kajian semacam ini memerlukan waktu dan referensi yang tidak sedikit, bahkan hasilnya bisa menjadi sebuah buku tersendiri yang berjilid-jilid seperti al-Mufaṣṣal fī Tārīkh al-‘Arab qabla al-Islām karya Jawād ‘Alī. Oleh karena itu, kita hanya akan mencukupkan diri pada pembahasan data-data sejarah yang lebih familiar dan gampang diakses mengenai hal itu.
B. Rumusan Masalah
1. Dimana letak geografis jazirah Arab?
2. Bagaimana kondisi sosial kemasyarakatan bangsa Arab pra- Islam?
3. Bagaimana peradaban bangsa Arab pra- Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Letak Geografis Jazirah Arab
Istilah Arab biasa digunakan untuk menyebut daerah yang terletak di Jazirah Arab sedangkan Jazirah itu sendiri berarti pulau.[2] Sedangkan Noeldeke meneliti lafadz “Arab” kemudian menyimpulkan bahwa: “makna hakiki bagi lafadz arab yaitu padang pasir ( ash-Shahra). Namun ada juga yang menggunakannya untuk menyebut masyarakat yang tinggal didaerah tersebut. Selain itu, Bangsa Arab juga digunakan untuk menyebut salah satu dari bangsa Smith, yang mendiami daratan yang dinisbahkan kepada bangsa mereka, yaitu jazirah Arab. Ada juga yang mengatakan bahwa daerah tersebut adalah tempat kelahiran bangsa Smith meski tak ada kesepakatan akan hal tersebut.
Kaum orientalis berpendapat bahwa bangsa Smith berasal dari Afrika. Pendapat ini berdasarkan faktor kedekatannya antara negeri Habsyi dengan negeri Arab, baik letak geografis maupun aspek bahasanya. Mereka berkata: “sesungguhnya bangsa Smith adalah bangsa Habsyi”.[3] Mereka terdiri dari tiga bagian yaitu Bangsa Arab yang sudah punah, Bangsa Arab campuran, dan Bangsa Arab pendatang. Istilah Smith juga mencakup Babilonia, semenanjung Arabia, Afrika, Amuru, Armenia, bagian sebelah selatan semenanjung Arabia dan Eropa.
Arab merupakan pusat peradaban Islam pertama didunia. Bangsa arab yang berdiam di Jazirah arab terletak didaerah Asia. Daerahnya berbentuk memanjang yang dibatasi oleh laut merah dibagian barat, Teluk Persia di sebelah timur, lautan India di sebelah selatan, suriah dan Mesopotamia di sebelah utara.[4] Pada dasarnya bangsa arab sebelum Islam tidak hanya daerah Jazirah Arab, akan tetapi pembahasan bangsa arab Pra-islam dibatasi hanya daerah jazirah arab saja.
Daerah yang menjadi salah satu daerah pusat peradaban islam ini, merupakan daerah yang gersang dan minim air. Bahkan mungkin sangat jarang terdapat kehidupan didaerah tersebut, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Di daerah tersebut juga tidak ada sungai. Hanya terdapat lembah-lembah dan padang pasir sahara, yang mempunyai tipe yang berbeda-beda. Sehingga padang pasir sahara ini terbagi menjadi tiga kawasan, yaitu:[5]
1. Sahara Langit (Sahara Nufud) memanjang 140 mil dari utara keselatan dan 180nmil dari timur ke barat. Oase dan mata air sangat jarang, tiupan angin seringkali menimbulkan kabut debu yang mengakibatkan daerah ini sukar ditempuh.
2. Sahara Selatan yang membentang menyambung sahara langit ke arah timur sampai selatan Persia. Hampir seluruhnya merupakan dataran keras, tandus dan pasir bergelombang. Daerah ini juga disebut dengan al-rub’ al-Khali (bagian yang sepi).
3. Sahara harrat yaitu suatu daerah yang terdiri dari tanah liat yang berbatu hitam bagaikan terbakar. Gugusan batu-batu hitam itu menyebar di keluasan Sahara Ini, Seluruhnya mencapai 29 buah.
Namun keadaan jazirah arab yang seakan mengenaskan ini ternyata tidaklah seperti yang terbayangkan. Sejarah mengatakan bahwa didaerah tersebut masih terdapat sebuah daerah yang subur yaitu daerah Yaman. Dalam peradaban Islam, Yaman merupakan satu-satunya daerah Arab yang terdapat air didalamnya. Disana dibentuk bendungan tempat penampungan air saat hujan yang kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengairi lahan.
B. Kondisi Sosial Kemasyarakatan Bangsa Arab pra-Islam
Sebagian besar daerah Arab adalah daerah gersang dan tandus, kecuali daerah Yaman yang terkenal subur. Wajar saja bila dunia tidak tertarik, negara yang akan bersahabat pun tidak merasa akan mendapat keuntungan dan pihak penjajah juga tidak memiliki kepentingan. Sebagai imbasnya, mereka yang hidup di daerah itu menjalani hidup dengan cara pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Mereka tidak betah tinggal menetap di suatu tempat. Yang mereka kenal hanyalah hidup mengembara, selalu berpindah-pindah mencari padang rumput dan menuruti keinginan hatinya. Mereka tidak mengenal hidup cara lain selain pengembaraan itu. Kabilah merupakan dasar dari pengembaraan itu. Kabilah-kabilah yang selalu pindah dan pengembara itu tidak mengenal suatu peraturan atau tata-cara seperti yang kita kenal. Mereka hanya mengenal kebebasan pribadi, kebebasan keluarga, dan kebebasan kabilah yang penuh.
Keadaan itu menjadikan loyalitas mereka terhadap kabilah di atas segalanya. Seperti halnya sebagian penduduk di pelosok desa di Indonesia yang lebih menjunjung tinggi harga diri, keberanian, tekun, kasar, minim pendidikan dan wawasan, sulit diatur, menjamu tamu dan tolong-menolong dibanding penduduk kota, orang Arab juga seperti itu, sehingga wajar saja bila ikatan sosial dengan kabilah lain dan kebudayaan mereka lebih rendah. Ciri-ciri ini merupakan fenomena universal yang berlaku di setiap tempat dan waktu. Bila sesama kabilah mereka loyal karena masih kerabat sendiri, maka berbeda dengan antar kabilah. Interaksi antar kabilah tidak menganut konsep kesetaraan; yang kuat di atas dan yang lemah di bawah. Ini tercermin, misalnya, dari tatanan rumah di Mekah kala itu. Rumah-rumah Quraisy sebagai suku penguasa dan terhormat paling dekat dengan Ka’bah lalu di belakang mereka menyusul pula rumah-rumah kabilah yang agak kurang penting kedudukannya dan diikuti oleh yang lebih rendah lagi, sampai kepada tempat-tempat tinggal kaum budak dan sebangsa kaum gelandangan. Semua itu bukan berarti mereka tidak mempunyai kebudayaan sama-sekali.
Pembagian Bangsa Arab
Ditinjau dari sudut sejarah perkembangannya, bangsa Arab dapat dibagi dalam dua kelompok. Pertama, ialah Arab Ba’idah yaitu kelompok yang telah punah: sejarah mereka telah berhenti bersama punahnya mereka dari muka bumi. Yang kedua ialah Arab Baqiyah, yakni kelompok yang masih survive sampai sekarang.
Yang termasuk dalam kelompok Arab Ba’idah ialah kaum ‘Ad, Tsamud, Ainun, Amiel, Thasur, jadis, Imlieq, Jurhum Ula dan Wabar. Diantara sembilan kaum ini hanya searah ‘Ad dan Tsamud saja yang dapat diketahui sedikit karena keduanya dalam al-Qur’an, sedang sejarah dari tujuh kaum lainnya sampai sekarang belum terungkapkan.
Orang-orang Arab yang survive , Arab Baqiyah memecah dalam dua golongan. Golongan pertama ialah Arab ‘Aribah yakni mereka yang berdarah murni arab. Mereka adalah orang-orang Yaman anak keturunan Qahtan atau dinamakan juga sebagai orang-orang arab selatan. Golongan kedua adalah Arab Musta’ribah, yakni mereka yang secara naturalisasi menjdi golongan Arab. Arab Musta’ribah ini adalah orang-orang Hijaz, Najd, Nabatiyah, dan Palmira, anak keturunan Nabi Isma’il a.s. atau dinamakan juga sebagai orang-orang Arab utara.
Watak Bangsa Arab
Karakter geografi dan iklim jazirah arab sangat berpengaruh terhadap bentuk fisik bangsa arab maupun kondisi psikis yang melahirkan watak-watak khas baik yang positif maupun yang negatif. Berikut ini adalah beberapa watak bangsa arab.
Watak negatif bangsa arab diantaranya adalah sulit bersatu, gemar berperang, kejam, pembalas dendam, angkuh dan sombong, pemabuk dan penjudi.
Watak positif bangsa arab yang dikenal denga muru’ah (kode etik) diantaranya adalah kedermawanan, keberanian, kepahlawanan, kesabaran, kesetiaan, kejujuran, ketulusan dan berkata benar.
Bani Quraisy
Bani Quraisy adalah anak keturunan Fihr. Quraisy dalam bahasa arab artinya pedagang, karena pada umumnya mereka adalah pedagang yang terampil. Fihr adalah keturunan Ma’ad putra Adnan yang merupakan keturunan dari nabi Isma’il.
Suku-suku Arab pada umumnya sangat menghormati Ka’bah. Mereka datang untuk berziarah dan menunaikan haji tiap tahun. Bulan-bulan waktu ziarah Ka’bah dianggap sebagai bulan yang mulia, di kala itu tidak boleh melakukan peperangan. Di sekeliling Ka’bah itu mereka mengadakan pasar tahunan, yaitu ‘Ukaz dan Zul Majaz.
Kaum Quraisy bermukim di sekitar Ka’bah untuk melindungi dan mengabdi kepada rumah suci itu. Oleh karena itu mereka memperoleh kehormatan dari suku-suku yang lain.
Quraisy adalah suku saudagar yang gemar berniaga, mereka berhubungan dengan bangsa-bangsa yang telah maju, perhubungan ini sangat besar pengaruhnya kepada kemajuan dan kecerdasan fikiran mereka. Mereka juga dikenal dengan suku yang sangat memuliakan tamu. Dalam soal ini mereka mendapat pujian yang istimewa pari para penyair.
Dari suku Quraisy lahirlah Qusay bin Kilab, yaitu kakek yang kelima dari Nabi Muhammad s.a.w. Ia bertanggung jawab atas penjagaan Baitul Haram (Ka’bah). Jasanya besar sekali dalam mempersatukan keluarga Quraisy. Dialah yang mendirikan Darun nadwah di Makkah, yaitu balai permusyawaratan orang Quraisy, tempat membicarakan hal- ihwal pemerintahan, ekonomi dan sosial.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan Qusyai membaginya menjadi dalam 3 departemen:
1. Darun Nadwah, pusat pemerintahan umum yang juga berfungsi sebagai majelis permusyawaratan yang dipegang oleh Qusyai sendiri.
2. Departemen Rifadlahyang bertugas memungut pajak dan penerimaan lain yang digunakan untuk memberikan makan kepada jamaah haji yang dianggap sebagai tamu Tuhan.
3. Departemen Siqayah, yang mengurus tentang pembagian air.
Kondisi keagamaan bangsa Arab pra-Islam
Dari syair-syair yang dibuat di masa pra-Islam demikian juga dari kitab al-Ashnam karangan al-Kalbi memberikan satu gambaran bahwa kepercayaan orang-orang Badui tidak berkembang ke arah methologi, tidak terlihat dalam masalah theologi dan kosmogoni jika dibandingkan dengan kepercyaan orang-orang Babilonia,
Kepercayaan orang-orang Arab Badui ini masih merupakan tingkatan pertama dari kepercayaan primitif orang Semit yang masih animis. Itupun tidak dianutnya secara teguh. Praktek-praktek peribadatannya selalu diselaraskan dengan kehendak dan didekte oleh tradisi nenek moyang mereka.
Sebagian besar suku Arab menyembah berhala, jumlah berhala yang mereka sembah mencapai 360 berhala, yang seluruhnya terletak di sekitar Ka’bah. Tiap suku memiliki berhala sendiri, juga terdapat patung Nabi Ibrahim, Isa Al-Masih, dan Hubal sebagai berhala suku Quraisy, berhala-berhala itu terbuat dari batu akik dan batu hitam.
Orang-orang Badui penduduk Hijaz, beranggapan bahwa ketiga barhala Uzza (sesembahan orang Makkah), Latta (sesembahan orang Tsaqif), dan Manat (sesembahan orang Aus dan Khazraj) adalah malaikat-malaikat yang merupakan anak perempuan Tuhan. Hubbal, yang menurut bahasa Aramiyah berarti spirit adalah dewa utama orang Quraisy.
Di samping berhala, orang Badui juga mempercayai jin, setan, dan roh-roh jahat yang membawa kerusakan.
C. Peradaban Bangsa Arab pra- Islam
Sebagai lalu lintas perdagangan penting terutama Mekah yang merupakan pusat perdagangan di Jazirah Arab, baik karena meluasnya pengaruh perdagangannya ke Persia dan Bizantium di sebelah selatan dan Yaman di sebelah utara atau karena pasar-pasar perdagangannya yang merupakan wilayah terpenting di Jazirah Arab karena begitu banyaknya, yaitu Ukāẓ, Majnah, dan Dzū al-Majāz, menjadikannya kaya dan tempat bertemunya aliran-aliran kebudayaan. Mekah merupakan pusat peradaban kecil. Bahkan masa Jahiliah bukan masa kebodohan dan kemunduran seperti ilustrasi para sejarahwan, tetapi ia merupakan masa-masa peradaban tinggi. Kebudayaan sebelah utara sudah ada sejak seribu tahun sebelum masehi. Bila peradaban di suatu tempat melemah, maka ia kuat di tempat yang lain. Ma’īn yang mempunyai hubungan dengan Wādī al-Rāfidīn dan Syam, Saba` (955-115 SM), Anbāṭ (400-105 SM) yang mempunyai hubungan erat dengan kebudayaan Helenisme, Tadmur yang mempunyai hubungan dengan kebudayaan Persia dan Bizantium, Ḥimyar, al-Munādharah sekutu Persia, Ghassan sekutu Rumawi, dan penduduk Mekah yang berhubungan dengan bermacam-macam penjuru.
Fakta di atas menunjukkan bahwa pengertian Jahiliah yang tersebar luas di antara kita perlu diluruskan agar tidak terulang kembali salah pengertian. Pengertian yang tepat untuk masa Jahiliah bukanlah masa kebodohan dan kemunduran, tetapi masa yang tidak mengenal agama tauhid yang menyebabkan minimnya moralitas. Pencapaian mereka membuktikan luasnya interaksi dan wawasan mereka kala itu, seperti bendungan Ma’rib yang dibangun oleh kerajaan Saba`, bangunan-bangunan megah kerajaan Ḥimyar, ilmu politik dan ekonomi yang terwujud dalam eksistensi kerajaan dan perdagangan, dan syi’ir-syi’ir Arab yang menggugah. Sebagian syi’ir terbaik mereka dipajang di Ka’bah. Memang persoalan apakah orang Arab bisa menulis atau membaca masih diperdebatkan. Tetapi fakta tersebut menunjukkan adanya orang yang bisa mambaca dan menulis, meski tidak semuanya. Mereka mengadu ketangkasan dalam berpuisi, bahkan hingga Islam datang tradisi ini tetap ada. Bahkan al-Quran diturunkan untuk menantang mereka membuat seindah mungkin kalimat Arab yang menunjukkan bahwa kelebihan mereka dalam bidang sastra bukan main-main, karena tidak mungkin suautu mukjizat ada kecuali untuk membungkam hal-hal yang dianggap luar biasa.
Kerajaan-kerajaan Arab pra-Islam
1. Arab Selatan;
a. SABA’
Saba’ berlokasi di sebelah selatan Najrah di ujung barat bagian Selatan Semenanjung Arab dan merupakan kerajaan arab pertama yang memasuki gerbang peradaban. Orang Saba’ berasal dari keturunan Qahthan dan menjadi suku yang paling terkemuka diantara seluruh suku di arab selatan.
Tanah kerajaan ini sangat subur dan lokasinya sangat strategis dan menguntungkan sebagai jalur dagang dari india ke eropa. Saba’ juga kerajaan yang menghasilkan rempah-rempah dan bahan-bahan aroma untuk makana yang sangat bernilai tinggi pada masa itu.
Penduduknya terkenal sebagai kaum bahari yang cekatan dan menguasai pelayaran di laut merah. Disamping melalui laut orang-orang saba’ juga mengangkut barang dagangannya ke syiria melalui darat melalui kota mekah dan petra.
Di masa kejayaannya, kerajaan saba’ memperluas batas wilayahnya dengan memaksa kerajaan minaiyah menjadi salah satu negara bagian yang harus membayar upeti kepada kerajaan saba’
Ibukota saba’ adalah sirwah, bangunan utama di sirwah adalah pagoda alqamah, dewa bulan
Pada tahun 610 s/d 112 ibukota berpindah ke ma’rib, ma’rib sangat masyhur dengan bendungan airnya yaitu saddul ma’rib.
b. MINAIYAH
Kerajaan minaiyah berkembang di yawf di daerah yaman. Di puncak kejayaannya, kerajaan ini mencakup sebagian besar wilayah yaman. Ibukotanya adalah qarnaw, sekarang inni bernama ma’in terletak di sebelah selatan al-jawf, timur laut san’a. Pusat keagamaan berada di kota yatsil yang sekarang ini bernama baraqish, terletak di sebelah barat daya ma’rib. Bahasa minaiyah adalah sama dengan bahasa sabaiyah hanya saja berbeda di dalam dialeknya.
c. QATABAN dan HADLRAMAUT
Kerajaan ini terletak di sebelah timur arab dan ibukotanya adalah tamna’, di tempat kuhlan sekarang. Kerajaan ini berlangsung sejak tahun 400 s/d 50 sebelum masehi.
Kerajaan hedlramaut terletak di hadlramaut sekarang. Ibu kotanya adalah syabwah (klasik sabota). Kerajaan ini berlangsung sejak pertengahan abad kelima sebelum masehi s/d akhir abad pertama masehi.
Baik kerajaan qataban maupun hadlramaut pernah pada suatu waktu berada di bawah kekeasaan sabaiyah.
d. HIMYARIYAH
Setelah berakhirnya kerajaan Saba’ pada tahun115 sebelum masehi seluruh wilayah selatan jatuh kedalam tangan bani himyar. Sejak itulah lahir peradaban himyar. Orang-orang himyar ini berasal dari turunan yang sama dengan orang-orang saba’. Karena itu mereka berbahasa sama, dan orang-orang himyar ini menjadi pewaris dari kebudayaan minaeo sabaean dan perdagangan.
Pada abad pertama orang-orang himyar membangun benteng puri ghumdan di san’a, yang bertujuan melindungi orang-orang himyar dari serbuan orang-orang arab nomad. Benteng itu merupakan bangunan pencakar langit pertama di dunia.
Dalam masa periode pertana himyar inni titik zenith kekuatan arab seltan sudah dilampaui. Selama orang-orang yaman memonopoli jalur perdagangan laut merah mereka berjaya namun kini kontrol jalur dagang laut merah telah jatuh ke tangan orang roma.
2. Arab Utara dan Tengah
a. NABASIYAH
Pada abad keenam sebelum masehi suku nabasiyah yang masih nomad datang dari daerah transyordania sekarang dan menempati wilayah edomite. Mereka juga merebut petra dari tangan edomite ini. Wilayah petre dewasa ini menjadi wadi musa yang selama empat abad, petra menjadi kota kunci bagi rute kafilah antara saba’ dan laut tengah.
Orang nabasiyah memakai bahasa arab namun pada awal sejarah mereka, bahasa arab yang mereka pergunakan berkarakter aramaic tetangga mereka di sebelah utara. Nabasiyah merupakan satu mata rantai dagang yang penting. Sampai sekarang orang masih dapat melihat bekas-bekas peradaban petra yang berbentuk gedung-gedung yang megah. Orang-orang nabasiyah berhubungan erat dengan roma dan ikut dalam beberapa invasi ke arab.
b. PALMYRA
Pada abad kedua dan ketiga masehi ada sebuah wadi yang terletak ditengah-tengah gurun pasir syria dan merupakan salah satu kota metropolitan yang terkaya di timur tengah. Wadi ini bernama palmyra. Ada beberapa faktor yang menyebabkan palmyra mampu menjadi kota terkaya. Pertama, timbulnya kondisi baru di asia barat karena pendudukan persia di mesopotamia. Kedua, letak geografinya yang terletak antara dua negara besar yaitu byzantium dan persia. Ketiga, wadi ini mempunyai mata air yang segar dengan mineral yang melimpah
Palmyra mencapai masa jayanya antara tahun 130 s/d 270. Perdagangan internasionalnya pada waktu itu dari timur sampai ke cina. Karena kekayaannya mereka mampu membangun gedung-gedung megah dan monumen bertulis. Karena megahnya maka timbul cerita bahwa yang membangunnya adalah nabi sulaiman.
c. GHASSAN
Pada akhir abad ketiga masehi, ketika bendungan ma’rib pecah, orang-orang arab selatan berpindah ke utara dan mengambil tempat di hawran dan al-balqa’. Lokasi ini terletak di sebelah tenggara damaskus di ujung utara rute transportasi yang menghubungkan damaskus dengan ma’rib
Selama kerajaan ini dibawah kekuasaan dinasti bani ghassan, tingkat peradaban yang mereka capai cukup tinggi. Peradaban mereka adlah campuran dari unsur-unsur peradaban arab, syiris dan yunani sepertihalnya kerajaan palmyra. Ditempat yang sekarang ini tandus dan gersang, dahulu pada masa kejayaan kerajaan ini, berdiri rumah-rumah yang dibuat dari basalt, istana, manumen, pemandian umum, terowongan, dan juga gereja.
d. LAKHMIYAH
Sekitar awal abad ketiga masehi, kabilah tanukh yang dikatakan berasal dari orang-orang yaman mendiami wilayah subur di sebelah barat sungai eufrat.
Penduduk pribumi kerajaan ini menganut agama kristen aliran syria timur, yang dikenal dengan nama nestorian. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa arab sebagai bahasa percakapan, dan bahasa syriac sebagai bahasa tulisan.
e. KINDAH
Kindah adalah kerajaan yang didirikan oleh saudara tiri hassan ibn tubba’ dari himyar arab selatan, kerajaan ini menjadi salah satu kerajaan yang mempunyai kekuatan politik yang diperhitungkan. Kerajaan ini adalah satu-satunya kerajaan di jazirah arab yang menggunakan gelar malik pada penguasanya, yang pada waktu itu gelar malik hanya diberikan kepada penguasa asing yang kuat.
Menurut sejarah ada tiga kerajaan di arab yang berkembang pada saat yang bersamaan bersamaan dengan memuncaknya permusuhan antara byzantium dan persia, yang masing-masing menempuh jalannya sendiri. Kerajaan ghassan berpihak kepada byzantium, lakhmiyah kepada persia, dan kindah berpihak kepada yaman.
BAB III
A. Kesimpulan
Diantara semua daratan yang luasnya sebanding dengan semenanjung arab dan di antara semua bangsa yang kepentingan dan makna historisnya sejajar atau mendekati bangsa arab, hanya bangsa arab yang kerab luput dari perhatian dan kajian serius di masa modern ini.
Meski luas semenanjung arab mencapai kurang lebih seperempat wilayah eropa atau sepertiga wilayah amerika, sebagai tempat kelahiran rumpun semit semenanjung arab menjadi tempat menetap orang-orang yang bermigrasi ke wilayah bulan sabit subur, yang kelak dikenal dalam sejarah sebagai bangsa babylonia, assyiria, phonesia dan ibrani. Sebagai tempat munculnya trradisi semit sejati.
Yang patut untuk diapresiasi adalah pada abad pertengahan, semenanjung arab yang merupakan tempat awal lahir islam merupakan tempat kelahiran bangsa-bangsa penakhluk sebagian besar wilayah di dunia yang kelak menjadi pusat-pusat peradaban yang sangat menakjubkan, bangsa arab pada waktu itu bukan hanya membangun sebuah kerajaan melainkan juga peradaban. Sebagai pewaris peradaban kuno yang berkembang di lembah sungai tigri dan eufrat, mereka juga menyerap dan memadukan berbagai kebudayaan yunani-romawi.
B. Penutup
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, kami menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan baik dalam dari segi penulisan maupun dari segi bahasan. Kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan dalam penyusunan makalah-makalh lain. Semoga apa yang telah kami paparkan dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah senantiasa melimpahkan kemudahan dalam belajar bagi kita semua. Amin ya rabb..!!
C. Daftar Pustaka
Al A’zami, M.M, The History of the Qur’anic Text from Revelation to Compilation, Jakarta: Gema Insani, 2005.
Hasjmy, Ahmad, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1973.
Hasan, Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta:Kalam Mulia, 2009.
K. Hitti, Philip, History of the Arabs, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2006.
Shiddiqie, Nourouzzaman, Pengantar Sejarah Muslim, Yogyakarta: Nur Cahaya, 1983.
Syalabi, Ahmad. Sejarah dn Kebudayaan Islam, Jakarta: Al Husna Zikra, 1997.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.2008.
Komentar
Posting Komentar