Langsung ke konten utama

Waktu


BAB I
PENDAHULUAN
Seluruh permukaan bumi dibagi-bagi menurut jaring-jaring derajat. Jaring-jaring derajat itu dinamakan garis lintang dan garis bujur. Garis lintang adalah garis yang sejajar dengan garis tengah khatulistiwa,sedang garis bujur adalah garis yang sejajar dengan garis tengah kutub.  Arah rotasi bumi sama dengan arah revolusinya, yakni dari barat ke timur. Itulah sebabnya matahari selalu terbit di timur terbenam di barat. Orang-orang yang berada di daerah timur akan mengamati matahari terbit dan matahari terbenam lebih cepat dari pada daerah yang berada di sebelah barat. Wilayah yang berada 15 derajat di sebelah timur dari suatu daerah, akan mengamati matahari terbit dan terbenam lebih cepat satu jam dari daerah tersebut.
Selain itu, Gerak semu harian bintang terjadi tiap hari selama 23 jam 56 menit, sehingga peredaran yang dilakukan oleh bintang dalam sehari itu tidaklah tapat 24 jam. Pergerakan semu ini terjadi akibat pergerakan revolusi bumi terhadap matahari yang seakan-akan matahari mengelilingi bumi, hal ini tampak karena kedudukan bintang sejati dilangit selalu tetap. bintang-bintang (termasuk matahari) tampak seperti bergerak dari timur ke barat. Namun sebenarnya bintang-bintang tersebut tidak bergerak[1].
Pergerakan bumi dan bintang ini berakibat adanya perbedaan waktu di masing-masing daerah sehingga dibagilah waktu-waktu tersebut sesuai dengan kriterianya masing-masing, misalnya equation of time, waktu pertengahan, waktu daerah dan juga waktu Greenwich yang merupakan patokan waktu di seluruh dunia.
Pada makalah kami ini, kami akan mencoba menguraikan sedikit tentang macam-macam waktu tersebut berdasarkan pembagian-pembagian yang berkaitan dengannya. Dengan mengacu dari berbagai sumber yang telah menguraikan tentang hal ini sebelumnya.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    EQUATION OF TIME (e)
Equation of time atau biasa disebut juga dengan ta’dilul waqti atau Ta’diluz Zaman berarti perata waktu yaitu selisih waktu antara waktu matahari haqiqi[2] dengan waktu matahari rata-rata (pertengahan)[3]. Ada juga yang mengatakan bahwa equation of time yaitu selisih antara waktu kulminasi matahari hakiki dengan waktu kulminasi matahari rata-rata. Bumi berputar pada sumbunya rata-rata 24 jam sekali putaran. Tetapi, ternyata kecepatan perputaran ini tidak selalu sama, sehingga waktu kulminasinya selalu berubah-ubah. Perubahan-perubahan ini disebut dengan perata waktu (ta’dil al-waqt)[4].
Peredaran bumi mengelilingi matahari tersebut berbentuk ellips (penampang jorong = bulat telur) sedangkan matahari berada di salah satu titik apinya. Sehingga suatu saat bumi dekat dengan matahari  (hadlidl atau perihelium) yang menyebabkan gaya gravitasi menjadi kuat, sehingga perputaran bumi menjadi cepat yang akibatnya sehari semalam kurang dari 24 jam. Pada saat lain bumi jauh dari matahari (auj atau aphelium) yang menyebabkan gaya gravitasi menjadi lemah, akhirnya perputaran bumi menjadi lambat yang mengakibatkan sehari semalam lebih dari 24 jam. Sehingga hari-hari pada bulan januari  menjadi lebih panjang dari pada bulan juli. Sedangkan selisih waktu antara waktu menengah dan waktu sebenarnya disebut dengan perata waktu dan selidsih waktu itu + 15 menit.[5]

Equation of Time = Waktu Hakiki – Waktu Pertengahan

Nilai Equation of time juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu selama satu tahun. Nilai ini dapat diketahui pada table-tabel astronomis, misalnya Almanak Nautika[6], Ephemeris[7], atau sekarang juga sudah disosialisasikan melalui software program Hisab by Windows atau Winhisab yang dikeluarkan oleh Badan Hisab Departemen Agama RI[8].    
Waktu matahari tak sama panjangnya dari waktu kewaktu. Waktu matahari ini bisa kita ketahui dengan jarum matahari atau jarum jam matahari yang terdiri dari sebidang bulatan yang diberi sebatang kayu dan letaknya tegak lurus dengan bidang bulatan itu. Dengan menggunakan bayang-bayang kayu tersebut, dapatlah kita baca pukul berapa saat itu dengan melihat pada bidang datar tersebut.
Akan tetapi jika jam matahari semacam itu kita bandingkan dengan jam biasa (chronometer) yang jalannya lebih baik dan teliti, akan terlihatlah bahwa kedua penunjuk waktu itu tidak selalu sama. Sehingga dapat kita ketahui bahwa waktu matahari itu tidak selalu sama panjangnya
B.     WAKTU PERTENGAHAN (MEAN TIME)
Berdasarkan pembahasan diatas, dapatlah kita ketahui bahwa waktu matahari hakiki ini kurang akurat jika digunakan sebagai patokan sehingga untuk mempermudah dalam penyelidikan benda-benda langit diperlukan waktu yang tetap (constant) yakni sehari semalam 24 jam yang disebut dengan waktu pertengahan  atau waktu wasatiy. Waktu ini didasarkan pada peredaran matahari hayalan atau gerak semu matahari yang pada hakikatnya adalah peredaran bumi mengelilingi matahari dalam bentuk lingkaran (bukan ellips).
Sehingga waktu matahari pertengahan bisa diartikan dengan waktu yang sudah bisa dijadikan pedoman, karena dalam sehari-semalam waktunya sudah tetap yaitu 24 jam.
Waktu Pertengahan = Waktu Hakiki – Equation of time
Selain itu  untuk memperoleh pembagian waktu yang rata, tetap sama, dan beraturan, kita dapat menyesuaikan waktu tersebut menurut gerak hayalan matahari yang dalam satu tahun mempunyai  kecepatan yang rata dan beraturan. Yaitu peredaran matahari yang melalui katulistiwa dan bukanlah beredar melalui ekliptika. Matahari hayal itu disebut dengan matahari menengah (middelbare zone) sehingga waktu matahari ini disebut dengan waktu menengah atau waktu rata-rata atau waktu sejati[9].
Jam biasa atau chronometer akan selalu sesuai dengan waktu menengah, sehingga dapat kita ketahui bahwa waktu menengah itu kadang lebih maju dan terkadang lebih lambat dari pada waktu yang sebenarnya. Namun terkadang juga sama dengan waktu tersebut.

C.     WAKTU DAERAH
Waktu daerah adalah waktu yang diberlakukan untuk satu wilayah bujur tempat (meridian) tertentu, sehingga dalam satu wilayah bujur yang bersangkutan hanya berlaku satu waktu daerah. Oleh karena itu, daerah dalam satu wilayah itu disebut dengan daerah kesatuan waktu.
Pada setiap daerah bujur yang berbeda juga mempunyai selisih waktu. Apabila setiap tempat mempunyai waktu yang berbeda menurut matahari, seringkali akan menimbulkan kekeliruan dalam kehidupan kita sehari-hari. Agar di bumi ini terdapat suatu aturan yang tertib, maka permukaan bumi dibagi menjadi 24 daerah waktu yang meluas dari sebuah kutub ke kutub yang lain dan masing-masing daerah lebarnya 15º. Tiap-tiap daerah waktu itu mempunyai waktunya masing-masing, yang terhitung menurut meridian yang melintang di tengah-tengah daerah itu. Jadi dua buah tempat yang letaknya pada dua buah daerah waktu yang berdekatan mempunyai selisih waktu 1 jam. Daerah tersebut meluas sampai 7½º disebelah barat dan di sebelah timur meridian Greenwich dan waktu yang terdapat dalam lingkungan daerah ini disebut juga waktu Greenwich[10].
Misalnya pulau jawa yang terletak pada daerah bujur 97½ º BT - 112½ º BT, yang mempunyai selisih waktu 7 jam dari Greenwich maka jika Greenwich pukul 12 siang maka di Jawa pukul 7 malam, yaitu 7 jam lebih cepat dari Greenwich karena berada disebelah timur dari Greenwich.
D.    UNIVERSAL TIME (GREENWICH  MEAN TIME)
Waktu GMT (Greenwich Mean Time ) adalah waktu yang berlaku secara international. Waktu ini digunakan sebagai waktu pangkal yang berada pada garis bujur nol derajat. Waktu pangkal ini terletak di kota Greenwich di London. Kota Greenwich ditetapkan  sebagai bujur 0o. Garis bujur di sebelah timur Greenwich dinamakan garis bujur timur (BT), sedangkan garis bujur disebelah baratnya dinamakan garis bujur barat (BB). Garis bujur 180o BT berimpit dengan garis 180o BB, yang melewati Negara Hawaii, Amerika Serikat.[11]
Universal time yaitu waktu yang disepadankan dengan perjalanan bumi mengelilingi porosnya sebagai patokan perhitungan waktu sehari-hari. Perputaran bumi itu selama 24 jam dengan jarak 360º, berarti setiap jam berhasil menempuh jarak 15 derajat bujur. Setiap menit menempuh jarak 4 derajat. Berarti setiap derajat bujur ditempuh dalam waktu (24 x 60 menit) : 360 derajat = 4 menit. Dengan demikian perbedaan waktu antara dua tempat yang bujurnya mempunyai perbedaan 15º adalah 15 x 4 menit = 60 menit (1 jam). Oleh karena itu perbedaan waktu antara dua daerah yang berdampingan namun berbeda garis bujurnya adalah 1 jam.    
Bumi dibagi dalam wilayah meridian yaitu garis bujur yang melewati kutub utara dan selatan. Tempat yang terletak pada garis meridian yang sama juga mempunyai waktu yang sama pula. Sehingga sebagai pedoman waktu atau pangkal waktu yang berlaku untuk meridian yang melewati Greenwich (inggris). waktu pangkal ini ditetapkan sebagai bujur 0º dan juga disebut dengan waktu Greenwich atau Greenwich Mean Time (GMT).
E.     LOCAL MEAN TIME (LMT)
Waktu lokal atau waktu standar adalah waktu yang berada pada bujur standar yaitu setiap garis bujur 15° atau kelipatan 15° di sebelah timur atau sebelah barat bujur 0° [12]. Local Mean Time atau biasa juga disebut dengan waktu setempat yaitu waktu pertengahan menurut bujur tempat disuatu tempat, sehingga sebanyak bujur tempat dipermukaan bumi sebanyak itu pula waktu pertengahan didapati. Sehingga waktu pertengahan disuatu tempat berbeda dengan waktu pertengahan di tempat yang lain.
Misalnya waktu pertengahan di kota Bondowoso pada pukul 12.00 berbeda dengan waktu pertengahan di kota Ponorogo, begitu juga dengan waktu pertengahan di kota Semarang juga akan berbeda dengan waktu pertengahan di kedua kota tersebut. hal ini disebabkan oleh bujur tempat ketiga kota tersebut tidak sama. Untuk mengatasi persoalan ini dibuatlah kelompok waktu yang kemudian dikenal dengan nama Waktu Daerah (Zone Time).
Sedangkan waktu yang melewati bujur standar yakni setiap garis bujur 15° atau kelipatan 15° ditetapkan sebagai waktu standar atau waktu lokal. Indonesia mempunyai tiga bujur standar yaitu 105°, 120°, dan 135° BT. Jika letak bujur standar di sebelah barat bujur 0° waktunya dikurangi dan jika letaknya di sebelah timur garis bujur 0° waktunya ditambah.
Berarti, waktu lokal 105° BT adalah GMT + 105 /15 x 1 jam = GMT + 7 jam. Waktu lokal 120° BT adalah GMT + 120/15x 1 jam = GMT + 8 jam. Waktu lokal 135° BT adalah GMT + 135/15 x 1 jam = GMT + 9 jam. Setiap daerah waktu kira-kira meliputi wilayah 7,5° di sebelah barat dan di sebelah timur suatu bujur standar.
Rotasi bumi mengakibatkan wilayah Indonesia terbagi menjadi 3 daerah waktu:
1.   Waktu Indonesia Bagian Barat dengan bujur standar 105° BT yang meliputi Sumatera, Jawa, Madura, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.
2.   Waktu Indonesia Bagian Tengah dengan bujur standar 120° BT yang meliputi Sulawesi, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
3.   Waktu Indonesia Bagian Timur dengan bujur standar 135° BT yang meliputi kepulauan Maluku dan Papua.
Bujur 180° telah ditetapkan sebagai batas Penanggalan Internasional (International Date Line)[13]. Artinya, tanggal di belahan bumi timur (dari 0° sampai 180° BT) lebih dahulu 1 hari daripada tanggal di belahan bumi Barat (dari 0° sampai 180° BB). Letak batas Penanggalan Internasional berada di Samudra Pasifik


BAB III
KESIMPULAN
Rotasi bumi atau pergerakan bumi pada porosnya dapat mengakibatkan terjadinya perbedaan waktu diseluruh dunia. Kemudian muncullah berbagai istilah yang berkaitan dengan waktu. Diantaranya :
¨      Equation of Time yaitu selisih waktu antara waktu matahari haqiqi dengan waktu matahari rata-rata (pertengahan).
¨      Waktu Pertengahan (Mean Time) yaitu waktu yang sudah bisa dijadikan pedoman, karena dalam sehari-semalam waktunya sudah tetap yaitu 24 jam.
¨      Waktu daerah adalah waktu yang diberlakukan untuk satu wilayah bujur tempat (meridian) tertentu, sehingga dalam satu wilayah bujur yang bersangkutan hanya berlaku satu waktu daerah.
¨      Waktu GMT (Greenwich Mean Time ) adalah waktu yang berlaku secara international. Waktu ini digunakan sebagai waktu pangkal yang berada pada garis bujur nol derajat. Waktu pangkal ini terletak di kota Greenwich di London.
BAB IV
                                                                    PENUTUP
Demikianlah pembahasan kami tentang waktu-waktu yang berkaitan dengan ilmu falak, jika ada kurang lebihnya kami senantiasa mengharap kritik dan saran dari teman-teman dan pembaca semua. Dan semoga Allah memberikan kesempurnaan kepada kita semua. Amin.           

DAFTAR PUSTAKA
Khazin, Muhyiddin, ilmu Falak dalam Teory dan Praktik, Yogyakarta : Buana Pustaka, 2008
Murtadlo, Moh, Ilmu Falak Praktis, Malang : UIN Malang Press, 2008,
Hollander, Den, Ilmu Falak terjemahan I Made Sugita, Jakarta : J.B Wolters, 1951

file:///G:/NEWDOKUMEN/equationoftome/MATAHARI_DAN_BUMI_9.2_DEWI_GANAWATI.htm
file:///G:/NEWDOKUMEN/equationoftome/RotasiBumiCABMozaikSains.htm


[1] file:///G:/NEWDOKUMEN/equationoftome/RotasBumiABMozaikSains.htm
[2] waktu yang didasarkan pada perputaran bumi pada sumbunya yang sehari semalam tidak selalu 24 jam, melainkan kadang kurang dari 24 jam dan kadang juga lebih dari 24 jam. Atau bisa juga dikatakan dengan waktu yang melangit. 
[3] Muhyiddin khazin, ilmu Falak dalam Teory dan Praktik, Yogyakarta : Buana Pustaka, 2008, hlm.67
3. MOh Murtadlo, Ilmu Falak Praktis, Malang : UIN Malang Press, 2008, hlm.238
[5] ilmu Falak, H.G. Den Hollander terjemahan I Made Sugita, Jakarta : J.B Wolters, 1951
[7] Ephemeris biasa juga disebut dengan Astronomical Handbook yaitu table yang memuat data astronomis benda-benda langit. Dalam bahasa arab biasa disebut dengan Zij atau Taqwim. Ephemeris Hisab Rukyat yaitu buku yang diterbitkan oleh Departemen Agama RI setiap tahun, yang didalamnya berisi table astronomis (data matahari dan bulan) selama satu tahun. Selain itu juga dimuat data ijtimak, tinggi hilal, gerhana dan contoh perhitungan (arah kiblat, awal waktu shalat, dan awal bulan Qomariyah).
[8] Opcit, hlm.235
[9] Opcit
[10] Opcit, hlm.57
[11] file:///G:/NEWDOKUMEN/equationoftome/RotasiBumiCABMozaikSains.htm
[12]file:///G:/NEWDOKUMEN/equationoftome/MATAHARI_DAN_BUMI_9.2_DEWI_GANAWATI.htm
[13] file:///G:/NEWDOKUMEN/equationoftome/MATAHARI_DAN_BUMI_9.2_DEWI_GANAWATI.htm

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kalimat pakon lan panyuwun

Materi mata pelajaran Bahasa Jawa hari ini, *Ukara pakon lan panyuwun*. Dalam bahasa Indonesia kalimat pakon disebut dengan kalimat perintah sedangkan kalimat panyuwun disebut dengan kalimat permintaan.  tulodho (contoh): 1. kalimat pakon ♢buk, pendetna buku! 2. kalimat panyuwun ♢dik, nyuwun permene!

Ha' Saktah

Masih terkait dengan Ilmu Falak yakni hadits tentang perintah untuk melaksanakan salat yang berbunyi: عن ﺟﺎ بربن عبد الله: أن النبي صلى الله عليه وسلم جاءه جبريل عليه السلام فقال له: (قم فصله) فصلى الظهر حين زالت الشمس. “Dari Jabir bin Abdullah r.a berkata telah datang kepada Nabi SAW. Jibril a.s lalu berkata kepadanya bangunlah, lalu bersembahyanglah kemudian Nabi shalat Dzuhur dikala matahari tergelincir. Ustadz Imam Zarkasyi mengatakan didalam bukunya bahwasannya terdapat cara-cara dalam melafadzkan waqaf, diantaranya terdapat 11 macam waqaf. salah satunya yaitu jika kalimatnya dari fi'lu al-mu'tal al-mahdzuf akhiruhu. maka ketika waqaf dapat dibaca dengan menambahkan huruf ha' saktah  (هاء السكتة).  contoh: كلاّ لئن لم ينتهِ   dibaca   كلاّ لئن لم ينتهِهْ فلذلك فادعُ   dibaca    فلذلك فادعُهْ Saktah ialah diam sejenak sambil menahan nafas. Yang dimaksudkan dengan Ha-Saktah adalah ha` zaid (tambahan), yang didatangkan pada akhir kata den

TELESKOP

teleskop refraktor TELESKOP Teleskop merupakan sebuah alat yang digunakan untuk meneropong benda dengan mengumpulkan cahaya dan memfokuskannya sehingga dapat terlihat. Teleskop berfungsi untuk memperbesar ukuran sudut benda dan kecerahannya. Semakin besar diameter teleskop maka lebih banyak cahaya yang bisa dikumpulkannya. Perbandingan antara panjang dengan diameter teleskop disebut dengan F Number. Misalnya teleskop dengan diameter 10 cm dengan panjang focus 1 m (1000 cm) maka perbandingannya adalah 1000/10. Sehingga nilainya adalah F100. F100 berarti semakin kecil F number, semakin besar tingkat kecerangan teleskop. Selain mampu untuk memperbesar benda, teleskop juga mampu memisahkan obyek. Pemisahan obyek yang dilakukan oleh teleskop adalah terhadap bintang ganda. Dimana sebagaimana manusia beserta bumi seisinya yang mempunyai pasangan, ternyata secara samar, bintang juga mempunyai pasangannya sendiri-sendiri dan hal ini bisa dilihat dari bumi dengan menggunakan teleskop dengan