Langsung ke konten utama

AWAL BULAN QOMARIYAH

Dalam Khazanah keilmuan Astronomi Islam , juga mengenal awal bulan,  baik kriterianya maupun bagaimana cara hisabnya. Dalam hal ini, terdapat banyak metode yang digunakan. Misalnya dengan melihat pasang surut air laut, dengan rukyatul hilal dan juga dengan hisab maupun dengan perhitungan ‘Urfi seperti Aboge dan sebagainya.
Meskipun berbeda namun pada dasarnya setiap metode yang ada ini diberdayakan secara bersama-sama, mengingat setiap menjelang rukyatul hilal, pasti juga ditentukan terlebih dahulu dengan hisab dan setiap perhitungan juga di buktikan dengan rukyah atau mengamati secara langsung. Namun dalam permasalahan awal bulan qomariyah, masih sering ditemukan perbedaan-perbedaan karena kriteria yang digunakan untuk menentukan awal bulan sendiri masih berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Rukyatul hilal ini dilakukan setiap tanggal 29 pada bulan hijriyah namun selama ini, hanya bulan Ramadlan, Syawal dan Dzulhijjah saja yang marak terdengar dilakukan observasi sedangkan untuk bulan-bulan yang lain, sepertinya jarang terdengar.
Dalam pembahasan rukyah, jika pada tanggal 29 telah berhasil melihat hilal dengan kriteria harus telah mencapai lebih dari 2 derajat dengan waktu ijtima’ sebelum matahari terbenam, maka keesokan harinya dianggap telah masuk bulan baru. Sedanagkan hilal belum sesuai dengan kriteria yang ada maka awal bulan adalah hari berikutnya. Hal ini tidak berlaku jika pada tanggal 29, hilal tidak dapat dilihat dikarenakan mendung. Dalam permasalahan ini, awal bulan qomariyah dinyatakan dengan jalan istikmal yakni menggenapi bulan yang telah berlangsung menjadi 30 hari.
Dalam perhitungan awal bulan qamariyah juga terdapat perbedaan misalnya dalam perhitungan dengan ephimeris sendiri yang digunakan oleh KH. Slamet Hmabali berbeda dengan perhitungan Muhyidin Khazin dalam buku Ilmu Falak (Dalam Teori dan Praktik). Selain itu juga terdapat beberapa golongan yang masih menggunakan kitab kuno sebagai rujukannya sehingga perbedaan itu pasti ada.
Dibawah ini contoh perhitungan awal bulan qomariyah dengan sistem ephimeris yang mengikuti perhitungan KH. Slamet Hambali.  
PERHITUNGAN AWAL BULAN
(Sya’ban 1433 H)
A.        Lakukan konversi dari Hijriyah ke Masehi 29 Rajab 1433 H. dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.       Sampai dengan akhir Zulhijjah 1432 H.
1432 ¸ 30 = 47 DH   = 47 x 10631  = 499.657h 
sisanya = 22 tahun = 22 x 354 + 8 (k)  = 7.796h
2.       Akhir Zulhijjah 1432 H. s/d. 29 Rajab 1433 H = 206 h
 Jumlah  = 507.659 h
3.       Perbedaan Hijriyah – Masehi  = 227.012 h +
 Jumlah  =734.671h ¸ 1461
4.       = 502 DM. ( 502 x 1461 )   =733.422h -
sisa   =     1.249h ¸ 365
5.       = 3 th M    ( 3 X 365 )  =  1.095h -
sisa  = 154h
6.       Tahun  1 M + 502 x  4 + 3 th = Th. 2012 M.
7.       Anggaran Consili dan Gregorius ( 3+10 + 3 )  = 16h +
 Jumlah = 170¸ 30,4
8.       = 5 (Mei 2012) jumlah hari akhir Juni   = 151h -
 sisa     = 19h              
9.       sisa 19 adalah 19 Juni 2012 M.
Berarti menurut Hisab Urfi 29 Rajab 1433 H. bertepatan tanggal 19 Juni 2012 M. Hari dan pasarannya adalah Selasa pahing (pengecekan dengan tabel Almanak Sepanjang Masa).
B.        Menentukan terjadinya ijtima’ akhir Rajab 1433 H. yang diperkirakan terjadi sekitar tanggal 19 atau 20 Juni 2012 M. dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.Perhatikan Fraction Illumination ( cahaya bulan ) terkecil dari Ephemeris 2007 pada tanggal 19 atau 20 Juni 2012 M. Setelah itu perhatikan Ecliptic Longitude Matahari ( EL ) dan Apparent Longitude Bulan ( AL ) pada jam tersebut dan pilih yang cocok, yaitu yang pertama AL harus lebih kecil dari EL dan yang kedua AL harus lebih besar dari EL. Dalam hal ini cahaya bulan terendah diperoleh pada tanggal 19 Juni 2012 M dan ternyata ijtima’ terjadi antara pukul 15 dan 16 GMT.
Jam GMT
ALB
ELM
FIB
15
88˚ 41’ 39”
88˚ 43’ 18”
0,00034
16
89˚ 11’ 58”
88˚ 45’ 41”
0,00037
Sabak
0˚ 30’ 19”
0˚ 2’ 23”
-
2.Kemudian lakukan interpolasi dengan rumus sebagai berikut:
IJTIMA’ =  J1 + ((EL1 – AL1) ¸ ((AL2 – AL1) – (EL2 – EL1)))
=  pk. 15 + ((88˚ 43’ 18” – 88˚ 41’ 39”) ¸ ((89˚ 11’ 58” - 88˚ 41’ 39”) – (88˚ 45’ 41” - 88˚ 43’ 18”)))
= 150 03’ 32,65” GMT + 7j
= pk. 22. 03. 32,65 WIB.
Jadi  IJTIMA’ akhir Rajab 1433 H terjadi hari Selasa pahing, tanggal 19 Juni 2012 M. pk. 22. 03. 32,65 WIB.
C.        Menentukan terbenam Matahari pada tanggal 29 Rajab 1433 H / 19 Juni 2012 M. dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.         Hitung tinggi Matahari saat terbenam ( h0 ) dengan rumus:
h0 = - ( ku + ref + sd )
ku adalah kerendahan ufuk dapat diperoleh dengan rumus:
*      ku        = 00 1.76’ Ö h
                                  = 00 1.76’ Ö 55 m
                                  = 00 13’ 3,15”
*      ref        = 00 34’ (refraksi/pembiasan tertinggi saat ghurub)
*      sd         = 00 16’ semi diameter matahari rata-rata.
           = - ( ku + ref + sd )
                      = - (0˚ 13’ 3,15” + 0˚ 34’ + 0˚ 16’)
                      = - 1˚ 3’ 3,15”  
2.         Tentukan deklinasi matahari ( d˚ ) dan equation of time ( e ) pada tanggal 29 Rajab 1433 H / 19 Juni 2012 M. saat ghurub dengan prakiraan (taqriby) maghrib kurang lebih pk. 18 WIB ( 11 GMT ), diperoleh:
d˚ = 23˚ 25’ 42”  dan   e = - 0j 01m 26d.
3.         Tentukan sudut waktu matahari ( t0 ) prakiraan ( taqriby ) saat terbenam dengan rumus:
Cos t˚    =  sin h˚ ¸ cos fx ¸ cos d˚ - tan fx tan d˚
=  sin -1˚ 3’ 3,15” ¸ cos -6˚ 59’ 32,2” ¸ cos 23˚ 25’ 42” – tan-6˚ 59’ 32,2” × tan 23˚ 25’ 42”
t0         =  88˚ 06’ 30,25” ¸ 15
            = +5j 52m 26,02d
4.         Terbenam matahari          
= pk. 12 + (+5j 52m 26,02d)
                              = pk. 17. 52. 26,02 WH – e + ( BTd BTx ) ¸ 15
= pk. 17. 52. 26,02 – (- 0j 01m 26d) + ( 105˚ - 110˚ 20’ 55,4” ) ¸ 15
                              = pk. 17. 32. 28,33 WIB.
                              = pk. 17. 32. 29  WIB ( dibulatkan ).
5.         Tentukan deklinasi matahari ( d˚ ) dan equation of time ( e ) pada tanggal 29 Rajab 1433 H / 19 Juni 2012 M. saat ghurub yang sesungguhnya ( hakiki ), yaitu pk. 17. 32. 29 WIB dengan melakukan interpolasi sebagai berikut:
Jam
Deklinasi (δ˚)
Equation (e)
10
23˚ 25’ 41”
-0˚ 1’ 25”
11
23˚ 25’ 42”
-0˚ 1’ 26”
10.  32. 29
23˚ 25’ 41,54”
-0˚ 1’ 25,54”





6.         Tentukan sudut waktu matahari ( t˚ ) sesungguhnya ( hakiki ), saat terbenam dengan rumus:
Cos  t˚ = sin h˚ ¸ cos fx ¸ cos d˚ - tan fx tan d˚
= (sin -1˚ 3’ 3,15” ¸ cos -60 59’ 32,2” ¸ cos 23˚ 25’ 41,54” – tan -60 59’ 32,2” × tan 23˚ 25’ 41,54”)
t˚          = 88˚ 06’ 30,31” ¸ 15
            = +5j 52m 26,02d
7.         Terbenam matahari  = pk. 12 + (+5j 52m 26,02d)
= pk. 17. 52. 26,02 WH – e + ( BTd –BTx ) ¸ 15
= pk. 17. 52. 26,02 – (-0˚ 1’ 25,54”) + (105˚ - 110˚ 20’ 55,4” ) ¸ 15
                                   = pk. 17. 32. 27,87 WIB.
                                   = pk. 17. 32. 28 WIB ( dibulatkan ).
D.        Menentukan Right Ascension Matahari dan bulan ( ARA˚ dan ARA ) pk. 17. 32. 28 WIB ( pk. 10. 32. 28 GMT )
Jam
ARA˚
ARA
Deklinasi bulan (δ)
Deklinasi (δ˚)
10
88˚ 23’ 18”
85˚ 53’ 15”
21˚ 29’ 17”
23˚ 25’ 41”
11
88˚ 25’ 54”
86˚ 25’ 47”
21˚ 27’ 31”
23˚ 25’ 42”
10.  32. 28
88˚ 24’ 42,41”
86˚ 10’ 51,25”
21˚ 28’ 19,64”
23˚ 25’ 41,54”




E.         Menentukan Sudut Waktu Bulan ( t( ) pk. 17. 32. 28 WIB ( pk. 10. 32. 28 GMT) dengan rumus sebagai berikut:
t(        = ARA˚ + t˚ - ARA(
= 88˚ 24’ 42,41” + 88˚ 06’ 30,31” - 86˚ 10’ 51,25”
= 90˚ 2021,47”
F.         Menghitung Azimuth Matahari ( Az˚ ) saat ghurub pk. 17. 32. 28 WIB ( pk. 10. 32. 28  GMT ) dengan rumus:
Cotan    A˚  = tan d˚ cos fx ÷ sin t˚ – sin fx ÷ tan t˚
= tan  23˚ 25’ 41,54” × cos-6˚ 59’ 32,2” ¸ sin 88˚ 06’ 30,31” – sin -6˚ 59’ 32,2” ¸ tan 88˚ 06’ 30,31”
                  A˚           =  + 66˚ 31’ 19,28”  ( UB )
Jika hasil A˚ (+), maka rumus yang di gunakan adalah 3600 - A˚, dan jika hasilnya (-), rumus yang digunakan adalah 180˚ + A˚
Azimuth Matahari ( Az˚ ) = 360˚ - 66˚ 31’ 19,28”
                                                       = 293˚ 28’ 40,7”
G.       Menentukan Tinggi Bulan Hakiki ( h( ) dengan menggunakan rumus:
Sin h’(       = sin fx sin d(  + cos fx cos d( cos t( .
= sin -6˚ 59’ 32,2” x sin 21˚ 28’ 19,64” + cos -6˚ 59’ 32,2” x cos 21˚ 28’ 19,64” x cos 90˚ 2021,47”
          h’(   = -2˚ 523,93 ( tinggi hilal hakiki )
H.        Koreksi yang diperlukan untuk mengetahui Tinggi Hilal Mar’i
1.       Menentukan Parallaks  untuk mengurangi Tinggi Hilal Hakiki
a.       Menentukan horizontal parallax dengan rumus
A - ( A – B ) x C/I
                                Data       HP 10 GMT   = 0° 54' 37''
                                                 HP 11 GMT         = 0° 54' 38''
0° 54' 37'' – (0° 54' 37'' - 0° 54' 38'') x 0° 32' 27.87"/1 = 0° 54' 37.54" 
                        Jadi Horizontal Parallax adalah = 0° 54' 37.54" 
b.      Menentukan Parallax dengan rumus HP x Cos hc
0° 54' 37.54"  x cos -2˚ 523,93 = 0° 54' 33.44''
Jadi Parallax adalah = 0° 54' 33.44''
2.       Menentukan Semi Diameter dengan rumus A- (A-B)x C/I
                       Data                Sd 10 GMT    = 0° 14' 53.10'' 
                                                 Sd 11 GMT         = 0° 14' 53.31'' 
0° 14' 53.10''  - (0° 14' 53.10''  - 0° 14' 53.31''  ) x 0° 32' 27.87"//1 =  0° 14' 53.21"
Jadi Semi Diameter adalah = 0° 14' 53.21"
3.       Menghitung Refraksi untuk menambah tinggi hilal hakiki
       Dengan rumus ta’dil  A- (A-B)x C/I
                      Data Refr 2° 50' = 0° 14.9'
                                             Refr 2° 55' = 0° 14.7'
0° 14.9'– (0° 14.9'- 0° 14.7') x 0° 32' 27.87”/6 = 0° 14' 52.92"
Jadi Refraksi adalah = 0° 14' 52.92"
4.       Menghitung Tinggi hilal mar’I
Dengan rumus h’c = hc – parallak + s.d + Refr + Dip
-2˚ 523,93 - 0° 54' 33.44''+ 0° 14' 53.21"+ 0° 14' 52.92" + 0° 13' 03,15" = -3° 3' 48.09"
Jadi Tinggi Hilal Mar’'i adalah =  -3° 3' 48.09"
5.       Menghitung Mukuts /lama hilal di atas ufuk = h’c /15 
= -3° 3' 48.09"/ 15
Jadi Mukuts adalah -0° 12' 15.21"
6.       Menghitung Azimuth bulan
                      Rumus = cotan Ac = - sin lt /tan t +Cos lt x tan dek /sin t
                    Data   = lt          = -6˚ 59’ 32,2” LS
                            t = 88˚ 06’ 30,31”
                            dek  = 23˚ 25’ 42”
 Jadi Azimuth bulan adalah  =  66° 31' 18.87"+180
                                                      = 246˚ 31’ 18.8”
7.       Menghitung Posisi Hilal = Ac - Ao
= 246˚ 31’ 18.8”293˚ 28’ 40,7”
Hasilnya 46° 57' 21.9" di selatan Matahari terbenam
Kesimpulan :
1.       Ijtima’ akhir rajab 1433 H terjadi pada hari selasa pahing, pada tanggal 19 Juli 2012 pada pukul 22. 03. 32,65 WIB.
2.       Matahari terbenam (ghurub) = 17 j  32 m  28d WIB
3.       Tinggi hilal hakiki   -2˚ 523,93
4.       Tinggi hilal mar’I    -3° 3' 48.09"
5.       Mukuts / Lama hilal di atas ufuk  -0° 12' 15.21"
6.       Azimuth bulan  246˚ 31’ 18.8”
7.       Azimuth matahari   293˚ 28’ 40,7”
8.       Posisi hilal 46° 57' 21.9" di selatan Matahari terbenam.
9.       Jadi 1 Ramadhan 1433 H diperkirakan jatuh pada hari Selasa Pahing, 19 Juni 2012 M.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kalimat pakon lan panyuwun

Materi mata pelajaran Bahasa Jawa hari ini, *Ukara pakon lan panyuwun*. Dalam bahasa Indonesia kalimat pakon disebut dengan kalimat perintah sedangkan kalimat panyuwun disebut dengan kalimat permintaan.  tulodho (contoh): 1. kalimat pakon ♢buk, pendetna buku! 2. kalimat panyuwun ♢dik, nyuwun permene!

Ha' Saktah

Masih terkait dengan Ilmu Falak yakni hadits tentang perintah untuk melaksanakan salat yang berbunyi: عن ﺟﺎ بربن عبد الله: أن النبي صلى الله عليه وسلم جاءه جبريل عليه السلام فقال له: (قم فصله) فصلى الظهر حين زالت الشمس. “Dari Jabir bin Abdullah r.a berkata telah datang kepada Nabi SAW. Jibril a.s lalu berkata kepadanya bangunlah, lalu bersembahyanglah kemudian Nabi shalat Dzuhur dikala matahari tergelincir. Ustadz Imam Zarkasyi mengatakan didalam bukunya bahwasannya terdapat cara-cara dalam melafadzkan waqaf, diantaranya terdapat 11 macam waqaf. salah satunya yaitu jika kalimatnya dari fi'lu al-mu'tal al-mahdzuf akhiruhu. maka ketika waqaf dapat dibaca dengan menambahkan huruf ha' saktah  (هاء السكتة).  contoh: كلاّ لئن لم ينتهِ   dibaca   كلاّ لئن لم ينتهِهْ فلذلك فادعُ   dibaca    فلذلك فادعُهْ Saktah ialah diam sejenak sambil menahan nafas. Yang dimaksudkan dengan Ha-Saktah adalah ha` zaid (tambahan), yang didatangkan pada akhir kata den

TELESKOP

teleskop refraktor TELESKOP Teleskop merupakan sebuah alat yang digunakan untuk meneropong benda dengan mengumpulkan cahaya dan memfokuskannya sehingga dapat terlihat. Teleskop berfungsi untuk memperbesar ukuran sudut benda dan kecerahannya. Semakin besar diameter teleskop maka lebih banyak cahaya yang bisa dikumpulkannya. Perbandingan antara panjang dengan diameter teleskop disebut dengan F Number. Misalnya teleskop dengan diameter 10 cm dengan panjang focus 1 m (1000 cm) maka perbandingannya adalah 1000/10. Sehingga nilainya adalah F100. F100 berarti semakin kecil F number, semakin besar tingkat kecerangan teleskop. Selain mampu untuk memperbesar benda, teleskop juga mampu memisahkan obyek. Pemisahan obyek yang dilakukan oleh teleskop adalah terhadap bintang ganda. Dimana sebagaimana manusia beserta bumi seisinya yang mempunyai pasangan, ternyata secara samar, bintang juga mempunyai pasangannya sendiri-sendiri dan hal ini bisa dilihat dari bumi dengan menggunakan teleskop dengan